Kondisi Masih Menantang, Asuransi Bintang: Perlu Antisipasi Pembatalan Polis 2021

Bisnis.com,21 Des 2020, 13:38 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Bintang Tbk. menilai bahwa pembatalan polis masih berpotensi terjadi pada 2021 sehingga perlu diantisipasi agar tidak terlalu berdampak pada kinerja bisnis. Kondisi tahun depan pun dinilai masih cukup menantang.

Presiden Direktur Asuransi Bintang Hastanto Sri Margi (HSM) Widodo menjelaskan bahwa sepanjang tahun ini terjadi banyak pembatalan polis, khususnya partial cancellation. Hal tersebut terjadi karena banyak bisnis yang kesulitan arus kas sehingga tidak mampu membayar asuransi.

Dia menilai bahwa kondisi itu dapat terus berlanjut hingga tahun depan sehingga perlu diantisipasi. Sejumlah lini bisnis pun diproyeksikan masih akan terkontraksi seiring kondisi ekonomi yang belum benar-benar pulih.

"Seperti asuransi kendaraan, banyak penarikan yang cicilannya tidak bisa dibayar, akan banyak kontraksi di berbagai area. Kami bersiap untuk berbagai pemburukan, karena recovery yang ada akan sangat lambat dan penuh perjuangan," ujar Widodo menjawab pertanyaan Bisnis dalam public expose Asuransi Bintang, Senin (21/12/2020).

Perusahaan dengan kode emiten ASBI itu menyiapkan rencana bisnis yang agresif untuk mengejar pertumbuhan pada 2021. Menurut Widodo, pihaknya akan mempertahankan kualitas arus kas dan mengantisipasi risiko pembatalan polis.

Dia optimistis pada tahun depan risiko pembatalan polis dan kenaikan klaim tidak akan begitu besar karena ASBI tidak memiliki portofolio asuransi kredit. Lini bisnis itu dinilai memiliki risiko besar pada tahun depan, seiring berakhirnya periode restrukturisasi polis tahap pertama.

"Asuransi kredit akan menerima nasibnya pada Maret 2021, tanggal selesainya relaksasi POJK 41/2020. Memang sudah terbit POJK 48/2020 tentang perpanjangan relaksasi sampai Maret 2022, tapi itu ada syarat bisnisnya," ujar Widodo.

Peluang lain yang dapat dioptimalkan pada tahun depan adalah saat perusahaan asuransi umum bisa menjual produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit-linked. Widodo meyakini bahwa Asuransi Bintang akan memiliki jalur pertumbuhan kinerja melalui penjualan unit-linked, di luar perkembangan konvesional.

Dalam public expose tersebut, dia memaparkan bahwa pada periode Januari–Oktober 2020, ASBI membukukan premi bruto Rp366,99 miliar. Jumlah tersebut tumbuh Rp25,9 miliar atau 7,59 persen (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp341,09 miliar.

Menurut Widodo, pertumbuhan premi secara tahunan itu didominasi oleh produk asuransi marine hull yang naik Rp20,6 miliar dan asuransi properti yang naik Rp37 miliar. Sementara itu, lini bisnis asuransi kendaraan, engineering, varia, dan marine cargo mengalami perlambatan kinerja.

Pada periode Januari–Oktober 2020, perseroan membukukan klaim neto Rp57,03 miliar atau turun 28,23 persen (yoy) dari Januari–Oktober 2019 senilai Rp79,46 miliar. Hal tersebut membuat rasio klaim tahun berjalan menjadi 16 persen, turun dari periode yang sama pada 2019 sebesar 28,23 persen.

Adapun, pada Januari–Oktober 2020, perseroan membukukan laba sebelum pajak Rp0,03 miliar. Jumlahnya merosot hingga Rp6,36 miliar atau 99,6 persen (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp6,39 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini