Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Bisnis Internasional Tbk. telah menyelesaikan aksi penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (22/12/2020), Manager Corp Action PT Sinartama Gunita Septarina menyampaikan proses Penawaran Umum Terbatas I PT Bank Bisnis Internasional Tbk. sebanyak 394,76 juta saham dengan tanggal pelaksanaan 14-18 Desember 2020, telah selesai.
Jumlah saham yang ditawarkan PUT 1 sebanyak 394,76 miliar saham. Adapun, jumlah saham hasil pelaksanaan HMETD sebanyak 394,36 miliar saham. Dan jumlah hasil pemesanan tambahan sebanyak 405.041 saham.
Dengan begitu, jumlah saham tambahan yang akan dicatatkan sebanyak 394,76 miliar saham. Sehingga jumlah saham yang beredar sebelum penawaran umum terbatas 1 sebanyak 2,63 miliar saham menjadi sebanyak 3,03 miliar saham setelah penawaran umum terbatas 1.
Setelah seluruh HMETD terserap, maka jumlah dana yang diperoleh dari PUT I berjumlah sebesar Rp290,15 miliar. Adapun, dana yang diperoleh dari PUT I setelah dikurangi biaya-biaya emisi saham akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah yang akan direalisasikan secara bertahap.
Aksi korporasi tersebut merupakan bagian dari komitmen perseroan untuk memenuhi ketentuan modal inti minimun yang diatur dalam POJK No.12/POJK.03/2020. Per September 2020, emiten bersandi saham BBSI itu, memiliki modal inti Rp702,250 miliar.
Sekretaris Perusahaan Bank Bisnis Paulus Tanujaya menyampaikan setelah rights issue selesai, perseroan optimis dapat memenuhi kewajiban modal inti minimum Rp1 triliun per 31 Desember 2020. Perseroan memperkirakan modal inti sampai akhir tahun sudah di atas Rp1,005 triliun.
Dengan demikian, Bank Bisnis telah memenuhi syarat untuk naik kelas ke BUKU 2. Perseroan saat ini masih terus berkoordinasi dengan OJK mengenai pemenuhan modal tersebut dan penegasan naik kelas ke BUKU 2.
"Iya optimis sudah aman. Proyeksi sampai akhir tahun sudah di atas Rp1,005 triliun," katanya, Selasa (22/12/2020).
Senior Faculty LPPI Moch Amin Nurdin pernah menyampaikan penambahan modal dari hasil rights issue dapat digunakan untuk penguatan bisnis bank ke depan. Namun, penguatan modal ini tidak serta merta akan menjadi kinerja bank cilik berkembang lebih baik.
"Kondisi secara umum bank di BUKU 1 dan BUKU 2 agak sulit untuk meningkatkan kinerja. Karena kalah saing dengan bank besar yang lengkap dengan teknologinya, kecuali mereka memiliki loyal customer," katanya, Selasa (1/12/2020).
Meski demikian, perolehan dana dapat menjadi alat untuk bertahan di masa sulit. Di samping itu, keinginan untuk naik kelas ke BUKU 2 akan menambah kepercayaan masyarakat, khususnya nasabah bank.
Tantangan berikutnya, bank cilik dihadapkan pada ketentuan modal inti minimum bank Rp3 triliun pada 2022. "Apakah mereka bisa penuhi? Syarat ketat ini diarahkan supaya bank memaksa pemilik melakukan aksi strategis. Mereka harus merger dan akuisisi atau rela dipaksa untuk merger dan akuisisi ," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel