Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah BPD optimistis kredit modal kerja (KMK) akan melaju pada tahun depan seiring dengan belanja pemerintah daerah dan optimisme pelaku usaha terhadap perkembangan vaksin Covid-19.
Rencana ini terindikasi dalam Survei Bank Indonesia yang menunjukkan, dari sisi penawaran perbankan, penyaluran kredit baru diperkirakan lebih meningkat pada Desember 2020.
Lebih lanjut, saldo bersih tertimbang (SBT) perkiraan kredit baru Desember 2020 diproyeksi mencapai sebesar 52,3 persen yang lebih tinggi dibandingkan SBT perkiraan penyaluran kredit baru November 2020 sebesar 13,5 persen.
Berdasarkan kelompok bank, peningkatan tertinggi diperkirakan terjadi pada BPD dan Bank Umum dengan SBT masing-masing sebesar 56,1 persen dan 52 persen, sementara berdasarkan jenis penggunaan peningkatan terjadi pada KMK dengan SBT sebesar 51,3 persen.
Untuk keseluruhan kuartal IV/2020, penyaluran kredit baru diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi penyaluran kredit baru pada kuartal III/2020. Hal itu terindikasi dari SBT perkiraan penyaluran kredit baru kuartal IV/2020 hasil survei periode November 2020 sebesar 62 persen.
Berdasarkan kelompok bank, peningkatan tertinggi secara kuartalan diperkirakan terjadi pada BPD dan Bank Umum Syariah dengan SBT masing-masing sebesar 70,3 persen dan 63,2 persen. Sementara itu berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan tertinggi secara kuartalan terjadi pada KMK dan KPR dengan SBT masing-masing 65,4 persen dan 51,1 persen.
Corporate Secretary Bank Kalbar Yuniarto mengatakan penyaluran KMK perseroan pada Desember lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Sayangnya, dia tidak menyebutkan persentase kenaikannya.
"Bulan Desember, penyaluran kredit KMK lebih tinggi dari bulan sebelumnya karena beberapa faktor," katanya, Minggu (27/12/2020).
Yuniarto menyebut kenaikan KMK didorong oleh penyaluran kredit Pemda. Selain itu, adanya penarikan fasilitas kredit sindikasi existing yang belum ditarik, tetapi melakukan penarikan pada bulan ini.
Faktor lainnya, dana DAK yang kembali dibuka oleh pemerintah sehingga peluang penyaluran kredit pengadaan barang dan jasa semakin terbuka.
Pada 2021, KMK diperkirakan bakal lebih tinggi karena proyek DAK akan berjalan normal. Dengan begitu, perseroan akan mengoptimalkan potensi penyaluran kredit pengadaan barang dan jasa. Di samping itu, pertumbuhan akan didorong rencana penyaluran kredit kepada beberapa korporasi dan sektor perdagangan.
Berdasarkan laporan keuangan Bank Kalbar per 30 November 2020 menunjukkan kredit yang telah diberikan sebanyak Rp10,89 triliun dan pembiayaan syariah sebesar Rp1,10 triliun, atau masing-masing tumbuh 0,18 persen dan 5,77 persen secara year on year (yoy).
Bank Kalbar pada Oktober kemarin menerima penempatan dana PEN sebesar Rp500 miliar dan akan di-leverage dalam bentuk penyaluran kredit sebanyak 2 kali dari nilai penempatan.
Perseroan akan fokus menyalurkan kredit di sektor konsumtif atau rumah tangga, serta sektor produktif UMKM dan korporasi. Sektor produktif terutama di bidang usaha perdagangan, pertanian, perikanan, industri pengolahan, konstruksi, dan jasa dunia usaha.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Sumut Syahdan Ridwan Siregar mengatakan secara keseluruhan kuartal IV/2020, penyaluran KMK diproyeksi mengalami penurunan sebesar 4,03 persen secara yoy. Penurunan disebabkan belum pulihnya kondisi perekonomian Sumatra Utara akibat pandemi Covid-19.
Meski demikian, Bank Sumut memperkirakan KMK akan menggeliat dan mengalami pertumbuhan sebesar 8,90 persen secara yoy pada tahun depan. Pertumbuhan yang positif didorong setelah adanya vaksin Covid-19.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan penyaluran kredit yang lebih tinggi di akhir tahun, bukan berarti pertumbuhan kredit telah kembali normal. Penyaluran kredit memang lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya, tetapi masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun lalu.
Berdasarkan data OJK, kredit modal kerja di BPD per Oktober 2020 sebesar Rp87,32 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 0,76 persen secara month to month (mtm), tetapi masih mencatat pertumbuhan negatif 2,44 persen secara yoy dan 2,65 persen secara ytd.
"Kredit produktif yang sedikit membaik dibandingkan kuartal lalu adalah kredit moda kerja seiring mulai bergeraknya kembali beberapa sektor usaha sejalan dengan pelonggaran PSBB," katanya.
Dia menambahkan secara keseluruhan pertumbuhan kredit sesungguhnya belum sepenuhnya membaik. Pertumbuhan kredit turun drastis, bahkan negatif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel