Aktivitas Manufaktur Asia Meningkat, China Melambat

Bisnis.com,04 Jan 2021, 15:49 WIB
Penulis: Reni Lestari
Pekerja mengecek lembaran baja di pabrik Sunrise Steel, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (18/2).ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas manufaktur di seluruh Asia terus mendapatkan momentum, didorong oleh permintaan ekspor yang kuat di kawasan ini. Di sisi lain, laju pemulihan di China mulai melambat.

Dilansir Bloomberg pada Senin (4/1/2021), menurut Jibun Bank dan IHS Markit, indeks manajer pembelian (PMI) Jepang naik menjadi 50 pada Desember, angka tertinggi sejak April 2019. PMI Taiwan melonjak menjadi 59,4, tertinggi dalam satu dekade, sementara Korea Selatan tetap di 52,9, bulan ketiga berturut-turut di atas level 50 yang memisahkan kontraksi dari ekspansi.

Namun, dengan pertumbuhan pabrik China yang mulai mereda setelah berkembang pesat dalam beberapa bulan terakhir, produksi di wilayah lain dapat merosot ke depannya. Menurut data Biro Statistik, indeks manufaktur resmi China turun menjadi 51,9 pada Desember dari tertinggi dalam tiga tahun sebesar 52,1 pada bulan sebelumnya. Sementara menurut Caixin Media dan IHS Markit, PMI China turun menjadi 53 dari 54,9 pada November, terseret oleh output yang lebih lemah dan pesanan baru.

Sementara itu, Ekonomi Asia Selatan dan Tenggara menunjukkan sebagian besar perbaikan marjinal bulan lalu, dengan indeks India naik menjadi 56,4 dari 56,3 dan Indonesia semakin maju ke ekspansi pada 51,3 dari 50,6.

PMI Thailand naik dan Vietnam kembali melakukan ekspansi, sementara Filipina sedikit tergelincir dan masih dalam wilayah kontraksi. Indeks Malaysia naik pada Desember tetapi tetap di bawah 50.

"Indeks manajer pembelian untuk Desember menunjukkan sektor manufaktur Asia bertahan bahkan ketika pandemi virus corona memburuk. Beberapa bulan mendatang akan tetap menantang karena lonjakan infeksi di wilayah tersebut dan di luar mengurangi permintaan," kata Chang Shu kepala ekonom Asia Bloomberg.

Data tersebut sejalan dengan Bloomberg Trade Tracker, yang menunjukkan pemulihan kuat dari pandemi di paruh kedua 2020, terutama di antara negara-negara Asia. Delapan dari 10 indikator berada pada atau di atas rentang normal jangka panjangnya.

Sebagai penentu utama perdagangan global, pembacaan PMI Korea Selatan sering kali dijadikan ukuran untuk permintaan di masa mendatang. Menurut Usamah Bhatti, ekonom di IHS Markit, perusahaan melaporkan peningkatan lebih lanjut dalam output dan pesanan baru dalam periode survei terbaru.

"Produsen barang Korea Selatan tetap optimistis dalam prospek aktivitas mereka selama 12 bulan mendatang, karena pandemi semakin memudar dan produk baru diluncurkan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini