Melirik Peluang Franchise Ngikan Kekinian, Omzet Hingga Rp200 Juta

Bisnis.com,09 Jan 2021, 16:44 WIB
Penulis: Dewi Andriani
Franchise Ngikan Yuk bisa mengantongi omzet hingga Rp300 juta dalam sebulan./ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Bisnis kemitraan atau franchise yang menawarkan peluang usaha kuliner dengan bahan utama ayam goreng tentu sudah sangat banyak di Indonesia. Apalagi sebagian besar masyarakat sangat menggemari makanan dengan berbagai olahan ayam.

Namun, bisnis franchise yang mengusung bahan utama dari ikan tampaknya belum banyak dijumpai di Indonesia. Inilah yang mendorong Muhammad Ikra mengembangkan usaha berbahan dasar ikan yang sengaja dibuat dengan konsep franchise dengan menggandeng sejumlah partner.

Ikra sendiri sebetulnya sudah berpengalaman cukup lama di bidang kuliner berbahan dasar ikan yakni sekitar 5 tahun dengan mendirikan restoran Fish Street di bawah bendera usaha PT Planetmas Adidayaboga Group yang kini telah memiliki lebih dari 20 cabang.

Setelah beberapa tahun usahanya berjalan, Ikra lantas berpikir untuk membuat bisnis kuliner berbahan ikan yang menyasar pangsa pasar lebih luas dengan harga yang lebih terjangkau. Dari situ terpikirlah membuka bisnis baru dengan tetap menggunakan bahan baku ikan mengusung brand Ngikan Yuk.

Konsep yang ditawarkan Ngikan Yuk ini cukup simple yakni ikan goreng tepung crispy yang disajikan dengan nasi liwet dan sambal khas nusantara yang menggugah selera. Proses pengemasan dan brandingnya pun dibuat sangat kekinian sehingga menarik bagi masyarakat.

Dalam mengembangkan Ngikan Yuk, Ikra tidak sendiri. Dia sengaja menggandeng sejumlah partner yang memang memiliki keahlian di bidangnya masing-masing sehingga usahanya dapat berkembang dengan cepat.

“Dari awal kami memang ingin Ngikan bisa cepat dikenal masyarakat Indonesia, maka diputuskan agar Ngikan ini gampang dibuat dan gampang difranchisekan karena visinya memang ingin menginginkan Indonesia,” tuturnya.

Karena mengusung konsep franchise, maka Ikra menggandeng sosok yang memang handal di bidang franchise development yakni Hendy Setiono, Founder dan CEO Baba Rafi Enterprise yang memang sudah cukup lama bekerjasama dengannya.

Selain itu, agar usaha yang dijalankan ini dapat dengan cepat dikenal masyarakat maka Ikra merasa perlu bekerjasama dengan partner yang juga sudah sangat dikenal masyarakat dan memiliki usaha di bidang kuliner, maka dia pun mengajak team Rachel Vennya dan Niko Al Hakim.

“Jadi tim kami Insya Allah sudah lengkap, dari produk developmentnya, franchise development, dan juga marketing yang bisa mempromosikan secara luas, ujarnya.

Sebelum benar-benar membuka usaha Ngikan Yuk, pihaknya telah lebih dahulu melakukan proses R&D selama beberapa bulan untuk memastikan bahwa produk yang diluncurkan dapat diterima masyarakat.

Benar saja, sebab meski bisnis ini baru didirikan pada Oktober 2019 lalu, Ngikan Yuk sudah memiliki sekitar 173 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Adapun 90 persen diantaranya merupakan gerai yang dikembangkan mitra dengan rata-rata omzet per gerai sekitar Rp80 juta hingga Rp200 juta, bahkan sebelum pandemi ada yang mencapai Rp400 juta per bulan.

Menurutnya, ada dua konsep yang ditawarkan bagi para mitra yang ingin bergabung. Pertama franchise reguler yang artinya semua biaya operasional dihandel langsung oleh mitra. Konsep ini tentu cocok bagi calon mitra yang ingin pindah kuadran dan benar-benar serius dalam menggarap usahanya.

Konsep kedua yakni autopilot karena semua proses operasional ditangani langsung oleh tim dari Ngikan Yuk, sedangkan mitra hanya tinggal menerima laporan hasil perbulan. Konsep ini cocok bagi mitra yang ingin usaha tapi tidak mau menjalani sendiri karena keterbatasan waktu.

“Sebab mengoperasikan restoran itu tidak semudah yang terlihat, banyak aspek yang perlu diperhatikan agar usaha yang dijalankan dapat profitable,” tuturnya.

Bagi yang ingin bergabung menjadi mitra Ngikan Yuk, maka perlu mempersiapkan investasi sekitar Rp300 juta sudah termasuk biaya franchise fee selama 5 tahun. Para mitra juga bisa memilih untuk berjualan langsung di ruko atau melalui food container.

Jika di food container, maka semua sudah disediakan sehingga tinggal jualan sedangkan untuk di ruko maka perlu dilakukan penyesuaian desain interior. “Investasinya sama Rp300 juta tapi kalau yang di ruko ini ada cashback untuk mereka beli perlengkapan, desain, dan furniture. Jadi hitungannya Rp300 juta itu sudah full furnish bagi yang di ruko, tapi di luar biaya sewa,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini