Harga Batu Bara Tembus US$90,5 per Ton, Saham Batu Bara Kian Panas

Bisnis.com,13 Jan 2021, 13:19 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas saham batu bara kembali memanas pada perdagangan Rabu (13/1/2021), melanjutkan tren penguatannya dari awal tahun ini.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga penutupan sesi perdagangan I, Rabu (13/1/2021), mayoritas saham batu bara berada di zona hijau. Penguatan dipimpin oleh saham PT Indika Energy Tbk. (INDY) yang berhasil naik 7,69 persen ke posisi Rp1.960 per saham.

Kemudian, penguatan di susul oleh saham grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) yang berhasil naik 6,49 persen, diikuti saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menguat 5,59 persen, dan saham PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) naik 5,35 persen.

Tidak kalah, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) juga naik 4,08 persen, saham PT Harum Energy Tbk. (HRUM) naik 3,23 persen, dan saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) naik 2,71 persen.

Adapun, penguatan saham sektor itu sejalan dengan harga batu bara global yang juga tengah menghangat.

Pada perdagangan Selasa (12/1/2021) harga batu bara Newcastle untuk kontrak Februari 2021 melesat 6,35 persen dan parkir di level US$90,5 per ton.

Level tersebut merupakan posisi tertinggi harga batu bara sejak Februari 2019.

Sebelumnya, Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi mengatakan bahwa saham batu bara pada tahun ini masih prospektif seiring dengan pemulihan harga batu bara yang diproyeksikan masih berlanjut dalam jangka pendek.

“Penguatan harga batu bara itu dieskpektasikan bisa terefleksi ke pencapaian earnings yang positif untuk emiten batu bara di kuartal IV/2020 dan kuartal I/2021,” papar Fauzan kepada Bisnis, belum lama ini.

Dia merekomendasikan saham ADRO, PTBA, dan khususnya ITMG untuk menjadi perhatian investor karena mempunyai porsi penjualan high-calorific value ke Japan dan China yang masih besar.

Adapun, permintaan kedua negara itu ditambah Korea Selatan dinilai telah mengalami perbaikan dibandingkan dengan importir batu bara lainnya. Dengan demikian, profitabilitas emiten itu diyakini semakin membaik sejalan dengan penguatan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini