Delta Dunia Makmur (DOID) Raih Kontrak Tambahan Rp26 Triliun

Bisnis.com,20 Jan 2021, 20:20 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Kegiatan pengupasan tanah PT Bukit Makmur Mandiri Utama, anak usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk.(DOID)./deltadunia.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor pertambangan PT Delta Dunia Makmur Tbk., mendapat kontrak tambahan dari entitas usaha PT Bayan Resources Tbk. dengan nilai diperkirakan mencapai US$1,9 miliar. Nilai kontrak itu setara Rp26 triliun dengan asumsi kurs Jisdor Rabu (20/1/2021) Rp14.065 per dolar AS.

Dalam laporan bulanannya, emiten berkode saham DOID itu mengumumkan telah menandatangani perjanjian kontrak dengan anak usaha PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), PT Indonesia Pratama. Kontrak tersebut akan berlaku hingga Desember 2031.

Manajemen Delta Dunia Makmur menjelaskan bahwa kontrak itu mencakup ekspansi yang cukup signifikan bagi perseroan. Perpanjangan kontrak itu memberikan tambahan volume overburden removal (OB) perseroan hingga 650 juta bcm dan lebih dari 210 juta ton batu bara yang akan diekstraksi. Selain itu, kontrak juga memberikan pengerjaan pengangkutan batu bara lebih dari 75 juta ton.

“Dengan demikian, perkiraan nilai kontrak itu mencapai US$1,9 miliar atau setara Rp26 triliun,” tulis manajemen Delta Dunia Makmur, dikutip dari laporan bulanannya, Rabu (20/1/2021).

Di lantai bursa, pada penutupan perdagangan Rabu (20/1/2021) DOID parkir di level Rp362, naik 2,26 persen. Kapitalisasi pasar DOID sebesar  Rp3,12 triliun.

Sebelumnya, Direktur Delta Dunia Makmur Eddy Porwanto mengatakan, perusahaan masih akan fokus menjaga likuiditas dengan efisiensi biaya dan menekan pengeluaran-pengeluaran non esensial lainnya. Ia mengatakan, kinerja perusahaan bergantung pada pergerakan harga batu bara dan pemulihan ekonomi pada 2021.

“Tekanan terhadap harga batu bara amat signifikan, di sisi lain kami juga belum mengetahui secara pasti kapan pandemi virus corona akan usai,” katanya dalam paparan publik perusahaan secara daring pada Jumat (18/12/2020).

DOID juga akan menganggarkan capital expenditure (capex) di kisaran US$100 juta. Dana tersebut terutama akan digunakan untuk pembelian alat-alat tambang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini