Imbas Pandemi Covid-19, Angka Stunting di Indonesia Diperkirakan Naik

Bisnis.com,25 Jan 2021, 14:23 WIB
Penulis: Aprianus Doni Tolok
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan paparan pada rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/1/2019)./ANTARA-Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan angka stunting bisa menurun hingga 14 persen pada 2024. Namun, untuk mencapai target tersebut diperkirakan membutuhkan kerja keras karena pandemi Covid-19 turut mempengaruhi angka stunting di Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan pada 2019 angka stunting di Indonesia masih tinggi yakni sekitar 27,6 persen dan diperkirakan pada 2020 terjadi penaikan akibat dari pandemi Covid-19.

Meki ada penurunan pada 2019, tetapi Muhadjir mengatakan angka stunting di Indonesia masih relatif tinggi.

"Angka stunting kita masih relatif tinggi yaitu 27,6 persen pada 2019 dan diperkirakan pada 2020 terjadi kenaikan akibat Covid-19," kata Muhadjir dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (25/1/2021).

Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan untuk target penurunan stunting hingga 14 persen pada 2024, maka setiap tahun harus tercapai penurunan angka stunting sebesar 2,7 persen.

“Dan ini adalah sesuatu target yang luar biasa besar. Karena itu bapak Presiden memberikan arahan agar ada langkah-langkah yang luar biasa yang tidak biasa atau extra ordinary,” ujarnya.

Muhadjir mengaku telah menyiapkan langkah-langkah yang akan diambil guna mencapai target 14 persen penurunan angka stunting.

Pertama, pemerintah menggunakan UU No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai landasan hukum dalam penanganan stunting.

“Artinya bahwa penurunan angka stunting basisnya nanti adalah dalam upaya untuk membangun keluarga, sehingga pembangunan keluarga tidak hanya terbatas kepada masalah pembatasan angka kelahiran dan penjarangan angka kelahiran tetapi betul-betul keluarga yang pembangunan keluarga yang integral,” papar Muhadjir.

Sementara itu, Presiden Jokowi telah menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadi ketua pelaksana percepatan penurunan stunting hingga 2024.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan strategi dalam upaya percepatan penanganan stunting. Dia mengatakan bahwa pihaknya menerima amanah dari Presiden Jokowi untuk menurunkan angka stunting hingga 14 persen pada akhir masa kepemimpinan Jokowi - Ma'ruf.

Dia menjelaskan untuk mencapai target tersebut, maka penurunan angka stunting tahunan setidaknya mencapai 2,7 persen per tahun. Saat ini penurunan stunting selama 5 tahun terakhir masih di kisaran 1,6 persen.

“Target dari Bapak Presiden seperti disampaikan Pak Menko [Pembangunan Manusia dan Kebudyaan] 14 persen maka kami harus menaikan percepatan itu menjadi 2,7 persen per tahun,” kata Hasto.

Menurutnya, dalam 4 tahun ke depan sekitar 20 juta bayi baru akan lahir. Dari jumlah tersebut, sepertiga atau sekitar 7 juta bayi akan mengalami stunting. “Kami akan menekan angka 7,2 juta itu menjadi hanya 3,4 juta,” ujarnya.

Strategi lainnya adalah, BKKBN harus dapat memastikan bahwa angka stunting tahunan tidak boleh lebih dari 680.000 orang. Tanpa capaian tersebut maka target penurunan 14 persen akan sulit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fitri Sartina Dewi
Terkini