Dear Investor Saham Batu Bara, Ada Petuah Nih dari Chatib Basri

Bisnis.com,29 Jan 2021, 12:24 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Kegiatan operasional di tambang batu bara yang dikelola oleh PT Harum Energy Tbk./harumenergy

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri meminta investor yang menyimpan saham emiten-emiten sektor komoditas untuk berhati-hati karena peningkatan harga komoditas batu bara dan crude palm oil (CPO) hanya sementara.

Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini mengingatkan bahwa peningkatan harga komoditas yang terkait dengan produksi Indonesia hanya sementara karena permintaan global secara umum belum pulih.

"Ini sifatnya hanya temporary, kita tidak bisa prediksi berapa lama, bubble-nya bisa terjadi, karena ekonomi global permintaannya belum pulih. Jadi hati-hati saham yang related kepada itu, lebih ke soal-soal yang masih sifatnya temporary," ujarnya dalam diskusi virtual, Jumat (29/1/2021).

Dia mengatakan peningkatan harga sejumlah komoditas yang membuat permintaan ke Indonesia meningkat sebagai akibat dari terjadinya tensi dagang yang meningkat antara negara produsen dan konsumen.

Menurutnya, Indonesia beruntung isu perang dagang antara China dengan Australia terjadi ketika permintaan akan komoditas secara global belum sepenuhnya pulih. Indonesia mendapat benefit China mengalihkan permintaan batu bara dari Australia.

"Australia sebagai produsen besar untuk batu bara permintaan datang besar dari China tidak bisa menutupi, suplainya turun, price naik," katanya.

Komisaris Utama Bank Mandiri M. Chatib Basri. Menteri keuangan yang menjabat periode 2013-2014 ini mengingatkan kenaikan harga batu bara saat ini bersifat sementara. Permintaan global terhadap komoditas emas hitam itu belum sepenuhnya pulih./istimewa

Dengan kondisi demikian, Indonesia mendapat manfaat dari peralihan permintaan ke Indonesia sekaligus kenaikan harga. Kasus ini pun terjadi dalam komoditas CPO yang terjadi antara India dan Malaysia.

Pada penutupan perdagangan Rabu (27/1) harga batu bara Newcastle untuk kontrak Maret 2021 berada di posisi US$88,9 per ton, menguat 2,66%.

Sepanjang tahun berjalan 2021, harga masih menunjukkan penguatan hingga 9,21%. Dalam 6 bulan perdagangan terakhir, bahkan harga telah menguat hingga 41,67% sedangkan pada tahun lalu harga batu bara sempat anjlok ke bawah level US$50 per ton akibat sentimen pandemi Covid-19. Namun, pada pertengahan Januari 2021 harga batu bara kontrak itu berhasil menyentuh level US$91 per ton, tertinggi sejak 2019.

Di dalam negeri, harga batu bara acuan (HBA) Januari 2021 tercatat senilai US$75,84 per ton atau melonjak 27,14% dari posisi Desember 2020 US$59,65 per ton. Harga pada awal tahun tersebut menjadi yang tertinggi sejak Juli 2019.

Sementara itu, harga komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali melanjutkan kenaikan sejak setelah beberapa hari terakhir mengalami profit taking secara teknikal.

Tren positif ini akan terus berlanjut didorong kenaikan harga minyak kedelai serta tekanan biden kepada China akhir-akhir ini. Hal ini membuat beberapa trader futures melihat potensi turunnya produksi biji-bijian di Amerika akibat tekanan amerika ke China yang berlanjut.

Pada sesi pertama perdagangan hari ini, saham emiten batu bara mayoritas turun. Saham PT Adaro Energy Tbk. turun 1,25 persen ke level 1.185. Begitu juga dengan saham PT Bayan Resources Tbk. melemah 1,36 persen ke posisi 14.500.

Pelemahan juga terjadi di saham PT Bukit Asam Tbk. dan PT Bumi Resources Tbk. juga mengalami nasib buruk. Saham PTBA turun 1,93 persen sedangkan saham BUMI melorot 6,58 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini