Bisnis.com, JAKARTA - Merger tiga bank syariah BUMN, yakni PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah, akan efektif pada 1 Februari 2021 atau pekan depan.
Bank hasil merger tersebut akan menjadi bank syariah terbesar nasional dan diharapkan masuk dalam rangking ke-7 terbesar di antara perbankan nasional dan menjadi salah satu pemain top ten global dari sisi kapitalisasi pasar.
Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi menyatakan merger akan menghasilkan kinerja keuangan yang solid. Per Desember 2020, total laba tiga bank syariah tersebut mencapai Rp2,19 triliun.
Lantas, bagaimana perbandingan kinerja tiga bank syariah peserta merger tersebut?
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020, hanya BNI Syariah yang tercatat membukukan penurunan laba. Sementara itu, Mandiri Syariah dan BRIsyariah membukukan pertumbuhan laba.
Mandiri Syariah tetap menyumbang nilai laba paling besar terhadap total laba tiga bank syariah BUMN. Sumbangan terbesar berikutnya berasal dari BNI Syariah dan di posisi akhir yakni BRIsyariah.
1. Mandiri Syariah
PT Bank Syariah Mandiri membukukan perolehan laba bersih perusahaan senilai Rp1,43 triliun per Desember 2020, naik 12,51 persen dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Perolehan laba sepanjang tahun lalu ditopang pertumbuhan pembiayaan dan membaiknya rasio pendanaan murah yang dikelola perusahaan. Pembiayaan Mandiri Syariah tahun lalu tumbuh 10,43 persen secara tahunan, dari Rp75,54 triliun menjadi Rp83,43 triliun. Adapun DPK naik 12,80 persen yoy, dari Rp99,81 triliun menjadi Rp112,58 triliun.
Pembiayaan Mandiri Syariah yang tumbuh positif didorong kontribusi kenaikan pembiayaan segmen ritel sebesar 18,41 persen yoy menjadi Rp53,24 triliun.
Kinerja positif pembiayaan segmen ritel ini didukung produk layanan berbasis emas (cicil emas dan gadai emas) yang naik 32,23 persen yoy menjadi Rp3,94 triliun dan pembiayaan konsumer (pembiayaan mitraguna, pembiayaan pensiunan, pembiayaan kepemilikan kendaraan dan rumah) yang naik 29,13 persen menjadi Rp39 triliun selama 2020. Adapun untuk segmen corporate banking naik 4,83 persen yoy menjadi Rp23,43 triliun.
Dari sisi kualitas pembiayaan, Mandiri Syariah mampu mengimbangi pertumbuhan pembiayaan yang solid sepanjang 2020 dengan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) yang terjaga, di mana NPF netto tercatat 0,72 persen dan NPF gross sebesar 2,51 persen.
Dalam hal pendanaan, kinerja positif terjadi karena ditopang pertumbuhan dana tabungan hingga 18,73 persen menjadi Rp47,25 triliun. Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata pertumbungan tabungan secara nasional yang berkisar di angka 15,65 persen (Oktober).
2. BNI Syariah
PT Bank BNI Syariah mencatat laba bersih tahun berjalan senilai Rp505,11 miliar per 31 Desember 2020. Jumlah tersebut turun 16,25 persen dari laba pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp603,15 miliar.
Dari sisi aset, BNI mencatatkan kenaikan aset double digital sebesar 10,06 persen secara tahunan menjadi Rp55,01 triliun dari sebelumnya Rp49,98 triliun pada 2019.
Kenaikan aset didukung oleh peningkatan dana pihak ketiga sebesar 9,6 persen secara yoy menjadi Rp47,97 triliun, dari sebelumnya Rp43,77 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan dana murah dalam bentuk giro dan tabungan berkontribusi terhadap kenaikan DPK dengan rasio 66,4 persen pada 2020. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019 yang sebesar 63,1 persen.
Dari sisi pembiayaan, sepanjang 2020 BNI Syariah mencatat realisasi sebesar Rp33,05 triliun dengan komposisi pembiayaan seimbang. Segmen konsumer berkontribusi Rp17,06 triliun (23,3 persen), serta segmen kecil dan menengah Rp6,12 triliun (18,5 persen).
Dalam menyalurkan pembiayaan, BNI Syariah berusaha menjaga kualitasnya dengan rasio NPF yang dijaga di kisaran tahun lalu. Perusahaan juga tetap menjaga tingkat pencadangan pembiayaan yang memadai dengan coverage ratio di angka 116,33 persen.
3. BRIsyariah
PT Bank BRIsyariah Tbk. mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 235,14 persen secara yoy menjadi Rp248 miliar per kuartal IV/2020. Dari sisi aset, BRIsyariah tercatat sebesar Rp57,7 triliun atau meningkat 33,8 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Selain mencatat pertumbuhan laba, pertumbuhan pembiayaan dan dana murah perseroan juga mengalami peningkatan yang signifikan. Penyaluran pembiayaan sepanjang tahun lalu sebesar Rp40 triliun atau tumbuh 46,24 persen secara yoy.
Pertumbuhan pembiayaan yang signifikan ditopang oleh segmen ritel (SME, Mikro dan Konsumer) untuk memberikan imbal hasil yang lebih optimal. Secara rinci, pembiayaan mikro mencatat pertumbuhan tertinggi yakni 163 persen yoy menjadi Rp10,7 triliun.
Selain mikro, penyaluran pembiayaan untuk segmen kecil dan menengah sebesar Rp7,4 triliun atau tumbuh sebesar 65 persen yoy.
Pertumbuhan penyaluran pembiayaan juga diiringi perbaikan kualitas pembiayaan. NPF BRIsyariah pada bulan Desember 2020 tercatat 1,7 persen, turun dibandingkan dengan Desember 2019.
Dari sisi dana pihak ketiga, BRIsyariah mencatat pertumbuhan sebesar 44,61 persen. Pertumbuhan DPK ditopang oleh pertumbuhan dana murah sejalan dengan strategi pengendalian beban biaya dana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel