Periode Ulang Cuaca Ekstrem Menyusut, Ini Penyebabnya

Bisnis.com,31 Jan 2021, 16:53 WIB
Penulis: Nyoman Ary Wahyudi
Ilustrasi - Warga menyeberang sungai menggunakan jembatan darurat akibat jembatan gantung di Desa Alat putus akibat banjir bandang di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Rabu (20/1/2021)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa perubahan iklim merupakan hal yang nyata. Di Indonesia, hal itu disertai dengan terjadinya bencana alam. 

Dwikorita menjelaskan sejak 1981 hingga 2019 periode ulang cuaca ekstrem di Indonesia menyusut menjadi dua hingga tiga tahun. Padahal, selama rentang 1950 hingga 1980 periode ulang cuaca ekstrem di Indonesia berada di kisaran lima hingga tujuh tahun.

“Penyebabnya karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca yang ada di atmosfer antara lain C02 akibat dari pembakaran, fossil fuel, kegiatan industri, transportasi, penggundulan [hutan] dan sebagainya semua sudah paham itu,” kata Dwikorita dalam keterangan pers virtual, Minggu (31/1/2021).

Dia membeberkan data dan fakta yang dihimpun BMKG memperlihatkan tren konsentrasi gas rumah kaca semakin meningkat seiring dengan kenaikan temperatur udara di atas wilayah Indonesia.

“Korelatif dengan peningkatan intensitas hujan selama 30 tahun terakhir dan semakin pendeknya periode ulang kejadian hujan ekstrem,” tuturnya.

BMKG telah mengindentifikasi perubahan iklim di Indonesia sejak 1950. Saat itu telah dipelajari adanya fenomena La Nina atau musim basah hujan panjang. Selanjutnya, pada 1952, BMKG mencatat adanya fenomena El Nino atau musim kering panjang.

“Kejadian ini periode ulangnya untuk tahun 1950 sampai 1980 kami mencatat 5 sampai 7 tahun. Namun kemudian dari tahun 1981 sampai saat ini periode ulangnya itu semakin pendek yang tadinya 5 sampai 7 tahun, saat ini 2 sampai 3 tahun,” kata dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerukan sejumlah langkah luar biasa sebagai upaya penanganan dampak perubahan iklim di dunia.

"Dampak iklim sangat nyata di hadapan kita. Apalagi untuk negara-negara kepulauan seperti Indonesia," ujarnya dalam Konferensi Tingkat Tinggi Climate Adaptation Summit (KTT CAS) 2021, pada Senin (25/1/2021).

Menurutnya, perubahan siklus iklim global juga berdampak di Indonesia. Hal itu membuat para petani dan nelayan harus beradaptasi.

Meningkatnya permukaan laut juga mengharuskan penduduk pesisir dan pulau kecil berjuang untuk dapat bertahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini