Bisnis.com, JAKARTA - Lumrah dipahami, menikah bukan sekadar soal cinta dan komitmen hidup bersama. Tujuan keuangan pun harus jadi prioritas untuk disepakati sejak dini, sebelum maupun setelah suatu pasangan resmi membina rumah tangga.
Certified Financial Planner Finansialku.com Rista Zwestika menekankan bahwa keterbukaan terkait keuangan sangatlah krusial.
"Hari gini, cinta tidak cukup buat bayar cicilan dan biaya hidup lainnya. Jadi harus lebih terbuka dan realistis. Karena tak sedikit persoalan mengenai finansial yang memicu terjadinya pertengkaran, bahkan menyebabkan hubungan rumah tangga berakhir," ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (30/1/2021).
Rista mengingatkan penting untuk sama-sama terbuka membahas berbagai aspek finansial dengan pasangan ketika sudah menikah.
Menurut Rista, setidaknya ada lima hal yang boleh menjadi pertanyaan dasar untuk mengawali pembicaraan soal rencana keuangan bagi para pasangan muda, terutama yang baru menikah di era pandemi.
Pertama, sumber income keluarga. Sepakati sejak awal apakah suami yang bekerja sementara istri di rumah, atau istri boleh bekerja dengan batasan tertentu. Intinya, petakan apa, siapa, dan bagaimana nantinya sumber pendapatan keluarga berasal.
"Karena banyak sekali masalah yang muncul nanti kalau sudah menikah. Istri dapat izin kerja atau tidak, dan kalau hanya suami yang bekerja harus dihitung juga berapa kemampuan income yang bisa didapatkan, apakah bisa memenuhi semua kebutuhan atau biaya hidup keluarga," ungkapnya.
Bagaimana respons pasangan soal kondisi dan besaran pendapatan kita pun harus dibuka dan didiskusikan sejak awal. Jangan sampai salah paham akibat ada yang ditutupi, justru jadi masalah ke depannya.
Baca Juga : Tips Menghitung Jumlah Dana Darurat Ideal |
---|
Pertanyaan kedua, yaitu pola pengaturan keuangan keluarga. Karena pengelolaan ketika hidup sendiri dan berkeluarga, sudah pasti jauh berbeda.
"Apabila keduanya bekerja, sepakati, pola pengaturan keuangan dijadikan satu, dipisah, atau seperti apa. Ada misal, porsi pembagian kewajiban istri 30 persen, suami 70 persen, atau ada juga income istri buat tujuan jangka pendek, income suami buat tujuan jangka panjang," ungkapnya.
Rista menekankan apapun pola pengaturannya, intinya semua harus berdasarkan kesepakatan bersama supaya pasangan muda sama-sama enak menjalani tujuan keuangan bersama.
Ketiga, pasangan muda bisa mulai membuat list tujuan keuangan bersama dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
"Target apa sih, yang akan diwujudkan, berapa lama waktunya, dan bagaimana strategi mewujudkannya. Tujuan-tujuan ini bisa terbagi ke jangka pendek, menengah, dan panjang. Contoh, bagaimana untuk dana pendidikan anak, dana punya rumah, dana pensiun, dana liburan sekaligus hiburan, dan lain-lain," jelas Rista.
Pertanyaan keempat, yaitu soal anak. Mau punya anak berapa? Bagaimana pola asuhnya? Kapan dan bagaimana kesiapan pasangan? Ini penting dibahas sejak awal.
"Ini untuk menyamakan pemikiran, agar ke depannya saat buah hati tersebut sudah lahir ke dunia, kamu dan pasangan sudah tau dan siap harus berbuat seperti apa," ujarnya.
Terakhir, tempat tinggal dan strategi pengelolaan keuangan dalam mencapainya. Menurut Rista, kebutuhan pokok di samping pangan dan sandang ini penting dipersiapkan karena masalah rumah tangga kerap terjadi akibat ketidaksiapan pasangan terkait hal ini.
"Berapa lama mau tinggal di tempat mertua, berapa lama jangka waktu ketika mau kontrak atau beli rumah. Strategi memiliki rumah ini penting dibahas sejak awal, karena bukan cuma soal di mana tempatnya, tapi bagaimana perencanaan keuangan untuk mewujudkannya," jelas Rista.
Dana Darurat dan Investasi
Bagi Rayful Mudassir, karyawan swasta yang baru saja menikah pada kisaran Desember 2020 atau notabene berada di era pandemi, literasi soal keterbukaan finansial bersama pasangan sudah tak jadi soal. Rayful bahkan sudah terbuka kepada istrinya sejak sebelum menikah.
Hanya saja, Rayful mengaku masih ada beberapa dilema terkait rencana keuangan ke depan. Terutama apa saja dan berapa besar tabungan yang dibutuhkan, bagaimana mengelolanya, dan bagaimana menentukan skala prioritas kebutuhan.
Baca Juga : Begini Cara Mengelola Dana Darurat |
---|
"Saya dan istri sama-sama menabung buat menikah, jadi soal keterbukaan finansial rasanya sangat transparan. Nah, sekarang setelah menikah, masih belajar lagi soal mengelola tabungan. Berapa, buat apa, dan apakah mau dimasukkan ke instrumen investasi. Kita belum menentukan, tapi menurut saya, ini seru dan penting banget buat didiskusikan," ungkapnya kepada Bisnis.
Dilema yang dirasakan Rayful, ternyata mirip dengan hambatan yang diungkap Wibi P Pratama, salah satu pekerja media massa yang juga baru saja merasakan nikmat menjadi pasangan muda sejak awal periode 2021.
Bedanya, Wibi telah memiliki awareness lebih terkait investasi. Hanya saja, yang menjadi kekhawatirannya, yaitu bagaimana apabila investasi yang telah diupayakan bersama sang istri 'boncos' di tengah jalan.
"Terutama kalau rencana punya momongan nanti lebih cepat dari perkiraan kita. Takutnya, nilai tambah dari dana yang sudah kita investasikan tidak sebanding, apalagi misalnya ketika waktunya nanti investasi kita belum sempat untung," ungkapnya.
Untuk menjawab dilema para pasangan muda tersebut, Rista menyarankan beberapa tips dasar yang bisa menjadi pegangan. Sebagai langkah awal, pasangan muda harus cermat menghitung baik-baik arus kas, persiapan dana darurat, dan utang atau rencana berhutang.
"Soal arus kas, perlu duduk bersama dan membahas mengenai pemasukan, dari mana saja pemasukan rumah tangga, berapa besarnya dan kapan diterimanya. Kedua, soal pengeluaran, bahas mengenai anggaran pengeluaran bulanan, tugas tanggung jawab masing-masing. Prioritaskan pengeluaran-pengeluaran produktif sebelum kamu meributkan pengeluaran konsumtif," jelas Rista.
Berikutnya, segera lunasi utang-utang konsumtif yang sudah dimiliki. Mulai dari kartu kredit, cicilan kendaraan, utang biaya menikah, utang biaya jalan-jalan, dan sebagainya.
"Kalau kamu terkejut saat duduk bersama dan membahas utang yang sudah dimiliki pasangan kamu sebelum menikah, itu artinya kamu kurang komunikasi atau tidak membahasnya sebelum menikah," tambahnya.
Buat pasangan yang masih bingung seperti Rayful, ada baiknya fokus ke tabungan untuk dana darurat terlebih dulu.
Rista menyarankan penting agar pasangan muda cepat-cepat mengumpulkan dana darurat, setidaknya 9 kali pengeluaran per bulan bagi yang belum memiliki anak, serta 12 kali pengeluaran per bulan bagi yang telah memiliki anak.
Setelah itu, ada baiknya pasangan muda mulai mencari-cari tahu produk proteksi atau asuransi yang sesuai, terutama di masa pandemi Covid-19 ini.
Terutama untuk para bapak sebagai tulang punggung keluarga, sangat penting memiliki proteksi keuangan. Baik dari potensi akibat kesehatan, jiwa, atau penyakit kritis.
Sementara untuk merencanakan prioritas tujuan keuangan keluarga, patut diperhatikan bahwa tantangan yang dihadapi saat ini dalam mengatur keuangan setelah menikah berbeda dengan tantangan yang dihadapi orang tua zaman dahulu.
"Biaya hidup makin mahal dan kebutuhan manusia menjadi lebih banyak. Coba saja bedakan kebutuhan dasar untuk hidup zaman sekarang dan zaman dahulu. Belum lagi godaan pengeluaran konsumtif, kredit, dan cicilan yang hebat," ungkapnya.
Oleh sebab itu, bagi para pasangan muda yang sudah melek produk-produk investasi seperti Wibi, Rista hanya mengingatkan jangan sampai terjeblos beragam produk investasi ilegal, atau tergoda dengan produk yang memiliki risiko di luar batas kemampuan.
Ini berlaku buat investasi yang masih berada di ranah skema tradisional maupun yang online. Perhatikan bahwa tantangan soal literasi dan maraknya permasalahan hukum terkait produk-produk investasi kini semakin banyak dan pelik.
"Kalau belum tahu apa yang harus dilakukan atau dari mana harus memulai, kamu bisa menghubungi seorang perencana keuangan untuk memandu bagaimana pasangan muda membuat blue print keuangan dengan tepat. Sebagai contoh, aplikasi Finansialku pun bisa membantu perencanaan keuangan dan mengatur keuangan setelah menikah," ujarnya.
Sebelum berinvestasi, mengetahui pos keuangan apa saja yang wajib dialokasikan oleh pasangan muda sangatlah penting. Jangan sampai, dana tabungan yang harusnya menjadi aset masa depan justru berangsur-angsur menipis karena salah kelola.
Selain itu, tujuan keuangan juga harus ditetapkan. Apakah untuk jangka pendek, menengah, atau panjang, misalnya apakah investasi tersebut untuk persiapan membeli rumah, dana memiliki anak, pendidikan anak, untuk pensiun, dana pergi haji dan urmah, atau dana rencana liburan yang butuh biaya besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel