Pacu Penjualan Listrik, PLN Bidik Sektor Agrobisnis dan Captive Power

Bisnis.com,04 Feb 2021, 19:39 WIB
Penulis: Denis Riantiza Meilanova
Petani memanen rumput laut di sekitar kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Kamis (16/5/2019). Menurut petani di daerah tersebut sejak keberadaan PLTU, hasil rumput laut mereka mengalami keterlambatan pertumbuhan bahkan gagal panen akibat terdampak buangan limbah PLTU./ANTARA - Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) membidik sektor agrikultur dan pelanggan captive power untuk menggenjot penjualan listrik perseroan tahun ini.

Direktur Perencanaan Koporat PLN M. Muhammad Ikbal Nur mengatakan bahwa pasokan listrik perseroan saat ini sangat mencukupi. Oleh karena itu, dampak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan penurunan permintaan listrik membuat PLN harus memutar otak untuk meningkatkan penjualan listrik.

"Kami memiliki dua strategi, yakni bagaimana kami memperluas bisnis kami tidak hanya rumah tangga, tapi kami sedang melakukan inovasi-inovasi, seperti agrikultur. Bagaimana kami melistriki sawah-sawah, dulu belum pernah terpikirkan. Bagaimana kami memberikan listrik ke nelayan-nelayan itu menggantikan pompanya dengan motor baterai diesel kami," ujar Ikbal dalam acara Energy Outlook CNBC, Kamis (4/2/2021).

Selain itu, PLN juga menyasar perusahaan-perusahaan yang selama ini menyediakan listrik dari pembangkitnya sendiri atau captive power.

"Kami berupaya captive power, bagaimana listriki industri yang punya listrik sendiri, kami dekati diganti dengan listrik PLN," katanya.

Untuk 2021, kata Ikbal, pertumbuhan konsumsi listrik akan sangat bergantung pada pemulihan ekonomi nasional. Pertumbuhan konsumsi listrik diproyeksikan akan berada pada rentang 2-4 persen.

"Kalau pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi 4—5 persen, pertumbuhan listrik PLN bisa di kisaran itu.  Namun, kalau pandemi Covid bisa lebih menurunkan skenario pertumbuhan ekonomi, kami punya skenario yang sedikit lebih pesimistis dengan target pertumbuhan kurang lebih 2 persen pada 2021," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Zufrizal
Terkini