Simpanan Melimpah, Bank Mandiri (BMRI) Hingga BNI (BBNI) Luncurkan Strategi Kelola Beban Dana

Bisnis.com,07 Feb 2021, 17:01 WIB
Penulis: Azizah Nur Alfi
Kartu BNI TapCash./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank fokus menghimpun dana murah sebagai strategi mengelola beban dana di tengah kenaikan simpanan yang melaju.

Berdasarkan data LPS per Desember 2020, nominal simpanan nasabah di perbankan tumbuh 0,5 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka tersebut lebih tinggi dari kenaikan simpanan per November 2020 sebesar 0,2 persen secara month-to-month.

Kenaikan simpanan terjadi merata di seluruh tiering kurang dari Rp5 miliar. Adapun, simpanan di atas Rp5 miliar mengalami penurunan mengikuti pola belanja pemerintah dan korporasi yang cenderung lebih besar pada akhir tahun.

Sementara berdasarkan kategori bank umum kelompok usaha (BUKU), kenaikan simpanan terus terjadi di BUKU 4. Sedangkan, simpanan di BUKU 1, 2, dan 3 mengalami penurunan.

Corporate Secretary Group Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyampaikan sampai dengan Desember 2020, dana pihak ketiga Bank Mandiri mencapai Rp1.047,3 triliun atau tumbuh 12,24 persen yoy. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan giro mencapai 20,13 persen yoy atau mencapai Rp284 triliun.

 "Pertumbuhan DPK ini diimbangi dengan upaya Bank Mandiri untuk menjaga cost of fund," terangnya, Minggu (7/2/2021) .

Untuk itu, Mandiri memperkuat rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA Ratio) melalui layanan digital banking dan Mandiri Cash Management. Bank Mandiri juga telah bekerjasama dengan beberapa e-commerce untuk melayani berbagai transaksi pembayaran serta pengelolaan kas operasional perusahaan melalui strategi value chain.

Selain itu, layanan Mandiri Cash Management juga saat ini telah mampu mengakomodir berbagai kebutuhan transaksi nasaba BUMN dan institusi pemerintah. Untuk tahun ini, pertumbuhan DPK secara bank only diperkirakan di kisaran 6 persen sampai 8 persen.

Corporate Secretary PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Mucharom mengatakan pada tahun lalu biaya dana perseroan terus mengalami perbaikan pada setiap kuartalnya.

Pada kuartal IV/2020, biaya dana berada pada level 2 persen atau membaik 60 basis poin dari kuartal sebelumnya,

Dengan demikian, cost of fund pada akhir 2020 turun menjadi 2,6 persen dari 3,2 persen pada 2019. Perseroan memproyeksikan cost of fund tahun ini akan kembali turun meski tidak sebesar tahun lalu.

"Kami meningkatkan kemudahan transaksi perbankan digital BNI agar menjadi salah satu daya tarik nasabah untuk menyimpan dananya di bank. Hal tersebut akan berujung pada ratio dominan dana murah yang tetap terjaga dan cost of fund dapat ditekan," katanya.

Ke depannya, BNI akan lebih banyak berinvestasi pada digitalisasi perbankan untuk mengakomodir kebutuhan nasabah, sehingga dapat meningkatkan CASA dan fee based income.

Menghimpun dana murah juga menjadi strategi PT Bank Sumut untuk mengelola biaya dananya. Meski secara industri simpanan di BPD tercatat turun, tetapi Bank Sumut membukukan kenaikan simpanan 1,66 persen per Desember 2020 secara bulanan.

Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Ridwan menyebutkan DPK Bank Sumut per Desember 2020 (unaudited) sebesar Rp26,9 triliun. Adapun DPK posisi November 2020 sebesar Rp26,46 triliun.

"Posisi DPK simpanan kita meningkat, tidak menurun. [Kenaikannya] didominasi di deposito," katanya.

Untuk mengelola beban dananya, Syahdan mengatakan Bank Sumut akan fokus mengejar pertumbuhan dana murah. Selanjutnya, perseroan juga fokus menyasar pertumbuhan kredit yang menjadi pangsa pasar perseroan seperti kredit multiguna, kredit pensiun, dan kredit-kredit yang menjadi program pemerintah untuk disalurkan

Pada tahun ini, pertumbuhan DPK diperkirakan di kisaran 3,78 persen. Bank Sumut berupaya meningkatkan value produk dan layanan berbasis digital sehingga dapat mendorong minat masyarakat menggunakan rekening Bank Sumut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini