Bisnis.com, JAKARTA - Platform teknologi finansial equity crodwdfunding (fintech ECF) LandX besutan PT Numex Teknologi Indonesia menekankan faktor keamanan dari proyek-proyek yang akan dibiayai.
Co-Founder LandX Romario Sumargo mengungkap bahwa kendati terbilang pemain baru ketimbang platform sejenis, pihaknya optimistis mampu mengungguli para kompetitor.
Salah satu buktinya, sejak mengantongi izin OJK No KEP-68/D.04/2020 tentang Pemberian Izin Usaha Penyelenggara Layanan ECF per 23 Desember 2020, LandX telah mencatatkan total pendanaan yang terkumpul Rp6,69 miliar dari 2 proyek per Januari 2021.
"LandX melesat cepat dalam membuka kepercayaan diri para investor anyar untuk bersama-sama membantu pengusaha UMKM dan perusahaan rintisan dalam mengembangkan bisnisnya," ungkapnya, Senin (8/2/2021).
Romario mengungkap tim LandX sangat antusias dengan hasil tercapainya pengumpulan pendanaan pada 2 proyek ini, bahkan telah menarik banyak investor dalam waktu yang singkat, yaitu dengan proses penawaran saham hanya dalam waktu 10 hari.
"Kami melihat sejak resminya LandX mengantongi izin dari OJK, para investor anyar LandX semakin menaruh kepercayaannya kepada kami, mengingat maraknya perusahaan urun dana dengan modus penipuan," tambahnya.
Sejak lahir dan beroperasi secara uji coba pada periode 2019, LandX sudah berhasil menyalurkan dana hingga Rp20,44 miliar rupiah dan telah membagikan dividen sebesar Rp1,3 miliar rupiah kepada para investornya.
Romario menekankan pihaknya akan terus membuktikkan bahwa LandX merupakan salah satu platform fintech ECF yang kredibel lewat mitigasi risiko yang baik.
Menurutnya, salah satu keunggulan LandX adalah menekan risiko keuangan serendah mungkin, salah satunya ditunjukkan dengan Underlying Asset. Keuntungan inilah yang membuat investor anyar LandX percaya dan bersedia untuk melakukan investasi di LandX.
"Sebagai pemain baru kami masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup banyak, namun kami berupaya untuk tetap mengakomodir kebutuhan stakeholder kami. Angka tersebut menunjukkan bahwa animo masyarakat yang ingin memiliki penghasilan pasif dari kepemilikan saham cukup tinggi," ujar Romario.
Seperti diketahui, fintech ECF merupakan platform penerbitan saham dari UMKM atau startup yang kemudian disebut 'Penerbit'. Saham ini ditawarkan secara digital kepada masyarakat selaku investor urun dana, yang kemudian disebut 'Pemodal'.
"Proyek yang di rilis perusahaan Penerbit mayoritas adalah usaha properti, karena perusahaan tersebut memiliki tanah dan bangunan yang bisa menjadi safety net. Oleh karena itu, para investor atau Pemodal anyar LandX dapat merasa aman karena memiliki garansi berupa asset jika pada masa mendatang perusahaan tersebut menghadapi gangguan bisnis," jelasnya.
Berdasarkan profil para investor LandX yang sudah mencapai 18.277 pendaftar, kebanyakan datang dari masyarakat perkotaan dengan rentang usia 20 tahunan dan mayoritas okupansi adalah karyawan.
Jika dilihat dari profil pendaftar LandX, memang di dominasi oleh investor baru atau pemula yang minat untuk melakukan investasi dan mendapatkan penghasilan tambahan dengan minim resiko.
"Kami melihat bahwa tren masyarakat urban, khususnya pada generasi muda sudah melek dalam berinvestasi saham. Hal tersebut dapat terlihat pada profil investor di LandX yang mayoritas usianya antara 25–35 tahun dan masih aktif bekerja. LandX memang ditujukan bagi masyarakat yang ingin belajar berinvestasi di dunia saham namun dengan resiko keuangan yang relatif rendah," tutup Romario.
Sebagai contoh, usaha kos-kosan merupakan salah satu perusahaan yang telah menjadi Penerbit lewat platform LandX. Platform akan merilis penerbitan dengan menunjukkan prospek usaha, seperti fasilitas dan kondisi, seberapa besar tingkat okupansi, dan tentunya aset properti tersebut.
Masyarakat yang telah mendaftar platform LandX selaku Pemodal dan menyetorkan dana, akan menerima imbalan dalam bentuk kepemilikan saham, serta pembagian dividen dari keuntungan usaha kos-kosan tersebut dalam periode waktu tertentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel