BKPM Ingatkan Setiap Negara yang Lockdown Berisiko Alami Kontraksi Ekonomi

Bisnis.com,08 Feb 2021, 14:53 WIB
Penulis: Jaffry Prabu Prakoso
Foto aerial kendaraan melintas di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (11/10/2020). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dan berbagai kalangan pebisnis hingga masyarakat berharap perekonomian akan kembali normal tahun ini. Namun, realita yang ada tidak akan semudah itu seiring tingginya angka kasus positif di Tanah Air.

Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro BKPM Indra Darmawan mengatakan bahwa vaksinasi merupakan jawaban dari itu semua. Tapi program tersebut tidak semulus yang diharapkan.

“Vaksin datang tapi ada masalah lain dari distribusi, siapa yang dapat lebih dulu. AstraZeneca sedang ribut dengan Uni Eropa karena tertinggal dan merasa dianaktirikan. Jadi dua-duanya saling boikot,” katanya pada diskusi virtual, Senin (8/2/2021).

Indra menjelaskan bahwa harapan untuk kembali normal sangat cepat hilang. Penyebabnya untuk menggapai itu harus melalui rintangan yang berliku dan mendapat perhatian lebih.

Di sisi lain, kebijakan gas dan rem yang dilakukan Indonesia dalam membatasi kegiatan sosial masyarakat memiliki dampak. Ini bukan hanya terjadi di Tanah Air, tapi juga negara lain.

Indra mencontohkan Jerman, Inggris, Francis, dan Amerika Serikat, setiap kali mereka menginjak gas dengan cara lockdown atau pembatasan kegiatan, pertumbuhan ekonomi secara mingguan mengalami penurunan.

“Setelah lockdown, GDP [gross domestic bruto/produk domestik bruto] kembali pulih. Jadi lockdown memberi tekanan kepada ekonomi. Lalu diinjak gas, maka GDP naik lagi. Lockdown digunakan beberapa negara dalam beberapa kali,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini