Bisnis.com, JAKARTA -- Sektor kesehatan diperkirakan akan mulai menunjukkan permintaan kredit positif baik pada tahun ini. Selain karena prospek kinerja, sektor ini mendapat relaksasi aturan serta dukungan fiskal yang cukup.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), baki kredit sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial per November 2020 tercatat Rp28,63 triliun, turun dari periode sama tahun sebelumnya yang senilai Rp29,13 triliun.
Kualitas kredit sektor ini tercatat stabil dengan posisi rasio kredit bermasalah 1,39 persen, tak berbeda jauh dari periode sama 2019 yang berada di 1,48 persen.
Di luar ini, sebagian sektor kesehatan masuk dalam industri pengolahan yang trennya juga sama. Baki kredit sektor industri pengolahan tercatat Rp881,02 triliun, turun 2,53 persen secara tahunan.
Untuk tahun ini, OJK memberi relaksasi khusus sektor ini berupa penyesuaian batas maksimum pemberian kredit dan penurunan bobot risiko kredit untuk memberikan kemudahan dalam penanganan pandemi.
Dari sisi fiskal, anggaran kesehatan pada UU APBN tahun 2021 awalnya dialokasikan sebesar Rp169,7 triliun. Namun, dengan perkembangan kondisi pandemi Covid-19 yang dinamis, diperlukan alokasi yang lebih besar.
Saat ini anggaran kesehatan tahun 2021 diperkirakan akan naik menjadi Rp254 triliun. Anggaran ini sepenuhnya berasal dari APBN 2021 termasuk melalui langkah refocusing dan realokasi anggaran belanja K/L dan TKDD di 2021.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menyampaikan masih mengalami kendala untuk penyerapan kredit tahun lalu.
Bagaimana pun, ada kendala teknis seperti pembatasan sosial masyarakat yang membuat ekspansi sektor ini menjadi terbatas guna mendapat kredit lebih besar dari perbankan.
Namun, dia memperkirakan kondisi tahun ini akan lebih baik. Relaksasi regulasi risiko kredit sekaligus alokasi belanja pemerintah akan menjadi stimulan yang cukup baik bagi sektor ini untuk kembali membalikkan tren pertumbuhan kreditnya.
"Rasanya banyak industri yang akan lebih ekspansif baik, industri pengolahan maupun jasa kesehatan. Sektor kesehatan dan membantu pemerintah untuk pengadaan alat kesehatan untuk keperluan penanganan pandemi melalui penyaluran kredit ke sektor kesehatan. Relaksasi ini juga setelah memperhatikan besaran penyaluran kredit ke sektor kesehatan yg tidak mengalami pertumbuhan signifikan," katanya kepada Bisnis, Sabtu (6/2/2021).
Lagi pula, Trioksa menyampaikan persepsi risiko bank terhadap sektor ini tergolong baik. Apalagi, sektor ini memiliki kualitas kredit yang sangat terjaga, bahkan sebelum menghadapi masa pandemi.
Kemampuan ekspansi kredit industri perbankan pun sangat kuat yang ditunjukkan dengan ketersediaan likuiditas dan modal yang memadai.
"Kalau bicara ketersediaan likuditas dan modal, itu semua sangat memadai. Tinggal seberapa cepat merak dapat menggunakan fasilitas yang disediakan bank," imbuhnya.
Senada, Rektor di Universitas Indonesia Ari Kuncoro menyampaikan prospek sektor ini sangat besar, terutama pada industri pengolahannya.
"Banyak kebutuhan mulai dari obat, alat kesehatan, dan pakaian kesehatan yang memang utamanya ditujukan untuk penanganan pandemi yang sampai saat ini masih perlu ditingkatkan. Itu artinya mereka butuh kredit baik investasi maupun modal kerja," katanya.
Hanya saja, Ari menyampaikan sektor jasa kesehatan masih perlu berinovasi untuk dapat menaikkan baki kreditnya tahun ini. Sektor ini membutuhkan inovasi yang lebih kuat untuk menggarap kebutuhan jasa kesehatan dari kelas menengah atas.
Pelaku jasa kesehatan perlu mendorong kelas menengah untuk lebih perhatian dalam menjaga kesehatan dengan mengarahkan gaya hidup sehatnya.
"Dalam jasa kesehatan ini, kita bicara tentang pelayanan baik itu rumah sakit, maupun klinik, dan bahkan penginapan untuk isolasi dan konsultasi. Ini masih perlu inovasi untuk lebih agresif," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel