Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Arief Mulyadi menyebut integrasi BUMN untuk ultra mikro (UMi) dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat meningkatkan nilai tambah bagi nasabah ketiga perusahaan yang akan terlibat.
Dalam rencana integrasi Badan Usaha Milik Negara untuk pengembangan ekosistem usaha Ultra Mikro (UMi) ini ada tiga BUMN yang akan terlibat dalam pembentukan Holding Ultra Mikro yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Permodalan Nasional Madani (Persero), dan PT Pegadaian (Persero).
Integrasi ini, kata Arief, bisa memberikan banyak dampak positif bagi PNM maupun nasabah. Keuntungannya yakni menurunkan biaya pembiayaan yang disalurkan PNM kepada tiap pelaku usaha UMi. Di sisi lain, Arief memastikan integrasi usaha ini tidak akan berdampak pada PHK dan penutupan kantor PNM di daerah.
“Sebetulnya bukan biaya bunga yang tinggi di kami, tapi biaya service. Kami setiap minggu bertemu (nasabah), mereka kami manjakan tak perlu ke cabang untuk bayar angsuran, tidak kena biaya transaksi, sehingga bunga kami muncul angka segitu (sekitar 25 persen per tahun). Untuk itu, sejalan peningkatan plafon mereka, kami sudah bisa menurunkan 6 persen jadi 19 persen (bunga) untuk debitur di atas Rp5 juta. Harapannya setelah bersama dalam ekosistem UMi ini harus ada penurunan signifikan,” ujar Arief.
Selain menurunkan biaya produk bagi pelaku usaha kecil, pembentukan holding juga disebutnya akan membantu PNM mengembangkan sistem digital untuk melayani nasabah. Menurut Arief, dari 7,8 juta nasabah PNM per Desember 2020, hanya ada 1 juta orang yang memiliki telepon genggam. Dari jumlah itu, hanya 65 persen nasabah yang memiliki smartphone.
Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI Deddy Sitorus mengatakan lewat konsolidasi dengan BRI dan Pegadaian, diharapkan biaya operasional PNM menjadi semakin efisien. “Kalau jadi dengan BRI dan Pegadaian mungkin ada skema IT yang bisa dipakai dan itu menjadi bagian investasi dari BRI, itu mengurangi (biaya) dan (mendorong) efisiensinya,” ujar Deddy.
Menjawab pernyataan itu, Arief menuturkan saat ini digitalisasi baru dilakukan dalam proses layanan PNM. "Sekarang di lapangan ada hampir 42.000 (pegawai PNM) yang langsung berhadapan dengan nasabah dan menggunakan gadget. Jadi arahnya nanti kami tak perlu bangun sendiri infrastruktur IT dan bisa menggunakan apa yang sudah dimiliki BRI. Per hari ini sebagian besar, 95 persen, (pinjaman) masih kami bayarkan tunai. Nasabah yang transfer via bank adalah yang sudah naik kelas, (memiliki pinjaman) di atas Rp5 juta. Ini cerita panjang dan perjuangannya masih harus terus kami lakukan agar mereka bisa naik kelas,” ujar Arief.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel