Hingga 4 Februari, BI Telah Suntik Likuiditas Rp14,16 Triliun ke Perbankan

Bisnis.com,10 Feb 2021, 15:50 WIB
Penulis: Maria Elena
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memaparkan materi saat acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (3/12/2020). Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan akan terus menempuh kebijakan suku bunga rendah dan likuiditas longgar hingga terdapat indikasi tekanan inflasi akan meningkat.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan pada tahun ini pihaknya tetap melanjutkan penambahan likuiditas dengan melakukan ekspansi operasi moneter yang telah mencapai Rp14,16 triliun per 4 Februari 2021.

Adapun pada 2020, BI telah melakukan quantitative easing (QE) sebesar Rp740,7 triliun atau sekitar 4,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). QE ini merupakah salah satu yang terbesar di antara negara emerging markets.

“Pada 2020, BI telah menambah likuiditas [QE] di perbankan sekitar Rp726,57 triliun,” katanya, Selasa (9/2/2021).

Perry merincikan, QE yang dilakukan di perbankan bersumber dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp555,77 triliun.

Longgarnya likuiditas di perbankan ini mendorong tingginya rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang mencapai 31,67 persen pada Desember 2020 dan rendahnya suku bunga pasar uang antarbank (PUAB) overnight, sekitar 3,04 persen pada Desember 2020.

Di samping itu, BI juga telah memangkas suku bunga acuan sebanyak lima kali sebesar 125 basis poin menjadi 3,75 persen sejak pandemi Covid-19. “Suku bunga acuan ini terendah sejak 2013,” ujarnya.

Ke depan, Perry mengatakan ekspansi moneter BI dan percepatan realisasi anggaran serta program restrukturisasi kredit perbankan diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini