Bisnis.com, JAKARTA - PT Permodalan Nasional Madani (Persero) menekankan market share dan efektivitas biaya operasional jadi incaran utama PNM ketika resmi bergabung dalam holding ultra mikro.
Seperti diketahui, pemerintah tengah mengkaji penggabungan tiga BUMN yang akan terlibat dalam pembentukan holding ultra mikro, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Permodalan Nasional Madani (Persero), dan PT Pegadaian (Persero).
EVP Keuangan dan Operasional PNM Sunar Basuki menjelaskan bahwa hal ini menilik biaya aktivitas bisnis yang terbilang tinggi, terutama terkait tatap muka menjangkau nasabah dan melakukan fungsi pendampingan.
"Holding ultra mikro akan membuat posisi PNM di pasar lebih kompetitif. Tentu akan ada dampak ke market share. Kalau market share kita luas, biaya service di suatu wilayah bisa terbagi, sehingga biaya per nasabah lebih rendah," ungkapnya, Rabu (10/2/2021).
Hal ini tergambar dari kinerja PNM selama 2020. Kendati pendapatan usaha tumbuh 12,1 persen (secara year on year/yoy) menjadi Rp5,77 triliun dari Rp5,15 triliun, beban usaha PNM juga ikut naik 14,2 persen (yoy) ke angka Rp5,56 triliun dari Rp4,86 pada 2019.
Kondisi ini membuat PNM hanya sanggup memperoleh laba bersih Rp359 miliar, tercatat turun hingga 63,3 persen (yoy) dari capaian 2019 di Rp977 miliar, dengan catatan turut andilnya dampak pandemi Covid-19 pada kinerja perseroan, terutama pada kuartal II/2020.
Sunar menambahkan apabila holding terealisasi, efektivitas bisnis pun bisa tercapai akibat dukungan pendanaan yang lebih kompetitif dari perbankan selaku induk holding. Dengan cost of fund sumber pembiayaan yang lebih terjangkau, harapannya suku bunga pembiayaan kepada nasabah pun bisa menurun.
Sebagai gambaran, sejak 2016 sampai 2020, sumber pendanaan PNM masih didominasi dari aktivitas penerbitan surat utang di pasar modal.
Dari total pendanaan yang diterima sepanjang 2020 di Rp22,57 triliun, persentase pendanaan pasar modal mencapai 59 persen atau setara Rp13,3 triliun, disusul pendanaan perbankan sebesar 28 persen atau Rp6,22 triliun, dan pemerintah 13 persen atau Rp3,04 triliun.
"Tapi kita akan tetap mempertahankan dominasi pendanaan dari pasar modal. Yang terbaru, pada kuartal I/2021 ini kita akan menerbitkan Obligasi Penawaran Umum Berkelanjutan PNM Tahap III dengan total Rp666,2 miliar," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel