Layanan Data Topang Stabilitas Pendapatan XL Axiata (EXCL)

Bisnis.com,15 Feb 2021, 16:30 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
Pelanggan berada di XL Center, Jakarta, Kamis (21/6/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk. membukukan kenaikan pendapatan di sepanjang 2020 ditopang oleh lini bisnis utama perseroan yaitu layanan data.

Presiden Direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini menjelaskan pada tahun lalu perseroan fokus pada keunggulan operasional dan terus membangun keintiman dengan pelanggan.

“Terkait pandemi, kami memastikan kelangsungan bisnis perusahaan tidak terganggu dengan menerapkan adaptasi pada norma baru,” tulis Dian dalam keterangan resmi, Senin (15/2/2021).

Berdasarkan laporan keuangan XL Axiata per Desember 2020, emiten dengan kode EXCL itu membukukan kenaikan pendapatan sebesar 3,48 persen menjadi Rp26 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp25,13 triliun.

Layanan data menjadi kontributor utama pendapatan perseroan senilai Rp21,38 triliun atau 82,22 persen dari total pendapatan.

Selanjutnya, EXCL juga melaporkan rerata pendapatan per pelanggan atau ARPU campuran naik menjadi Rp36.000 pada 2020 dari tahun sebelumnya Rp35.000.

Pada saat bersamaan, EXCL juga terus melanjutkan pembangunan jaringan data 4G/ Hingga akhir 2020, layanan data 4G dari EXCL telah melingkupi 458 kabupaten/kota se-Indonesia dengan 54.297 Base Transceiver Station (BTS) 4G. Secara total, EXCL memiliki lebih dari 144.000 BTS pada akhir tahun lalu atau naik 11 persen secara tahunan.

Dari sisi jaringan, trafik data EXCL di sepanjang tahun lalu naik 47 persen secara tahunan menjadi 4.869 petabyte dari sebelumnya 4.869 petabyte. Secara kuartalan, trafik data perseroan naik 8 persen.

“Peningkatan trafik tidak terlepas dari bertambahnya jumlah total pelanggan yaitu menjadi 57,89 juta, meningkat dari kuartal sebelumnya sebanyak 56,88 juta,” tulis Dian.

Kendati pendapatan meningkat, EXCL mengalami penurunan laba sebesar 47,85 persen menjadi Rp371,59 miliar pada 2020 dibandingkan 2019 yang senilai Rp712,57 miliar.

Penurunan laba itu paling banyak ditekan oleh beban penyusutan yang membengkak 69,60 persen menjadi Rp12,43 triliun pada akhir 2020.

Di sisi lain, perseroan dapat menekan beban lainnya seperti beban infrastruktur, beban penjualan dan pemasaran, hingga mendapat keuntungan dari penjualan dan sewa-bali menara.

Laba sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) disebut masih naik 31 persen secara tahunan menjadi Rp679 miliar.

Mengenai realokasi kapasitas 3G ke 4G, Dian mengatakan EXCL telah mempercepat realokasi itu seiring dengan turunnya trafik penggunaan layanan data 3G yang hanya mencapai kurang dari 10 persen total trafik data.

“Meskipun demikian, upaya mengurangi umur aset 3G yang berguna tersebut sejalan dengan tujuan untuk menghasilkan penghematan depresiasi yang akan meningkatkan profitabilitas di masa depan,” ujar Dian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini