Surplus Dagang Awal 2021 Menyusut, Kinerja Ekspor Merosot

Bisnis.com,15 Feb 2021, 11:31 WIB
Penulis: Maria Elena
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2021 mengalami surplus sebesar US$1,96 miliar. Nilai ini mengecil jika dibandingkan dengan surplus pada Desember 2020 yang sebesar US$2,1 miliar.

Pada periode tersebut, kinerja ekspor tercatat mengalami penurunan 7,48 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dikarenakan oleh penurunan ekspor migas sebesar 13,24 persen dan ekspor nonmigas turun 7,11 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menyampaikan, berdasarkan sektornya, ekspor pada seluruh sektor tercatat mengalami kontraksi.

Kontraksi paling dalam tercatat pada sektor pertanian, yang mengalami penurunan 22,19 persen secara bulanan. “Beberapa yang turun cukup besar di antaranya ekspor kopi, tanaman obat aromatik dan rempah-rempah, cengkeh, serta buah-buahan tahunan,” katanya, Senin (15/2/2021).

Di samping sektor pertanian, ekspor industri pengolahan mengalami penurunan 7,15 persen secara bulanan, dikarenakan adanya penurunan yang besar pada ekspor besi dan baja, minyak kelapa sawit, barang perhiasan dan barang berharga, serta televisi dan perlangkapan televisi.

Selain itu, BPS juga mencatat eskpor pada sektor pertambangan secara bulanan mengalami kontraksi sebesar 3,81 persen. Namun demikian, kinerja ekspor pada Januari 2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu mengalami peningkatan yang positif.

Misalnya, ekspor sektor pertanian secara tahunan naik 13,91 persen, didorong oleh peningkatan ekspor sarang burung, tanaman obat aromatik dan rempah-rempah, hasil hutan bukan kayu lainnya, mutiara, dan hasil budidaya.

Sementara ekspor industri pengoahan secara tahunan mengalami pertumbuhan yang tinggi, sebesar 11,72 persen, didorong oleh ekspor minyak kelapa sawit, besi dan baja, kimia dasar organik, serta televisi dan perlengkapan televisi.

“Secara tahunan, sektor pertambangan yang naik paling tinggi dibandingkan sektor lainnya, sebesar 16,92 persen,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini