Sosok Bos SWF Ridha Wirakusumah, Tukang 'Cuci' Aset Bermasalah

Bisnis.com,16 Feb 2021, 11:36 WIB
Penulis: Hendri Tri Widi Asworo
Direktur Utama PermataBank Ridha DM Wirakusumah (kiri) berbincang dengan Direktur Utama Indosat Ooredoo Alexander Rusli (kanan) seusai penandatangan kemitraan strategis di Jakarta, Kamis (16/3)./Antara-M Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo menunjuk Ridha Wirakusumah menjadi CEO Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia atau dikenal dengan Indonesia Investment Authority (INA). Direktur Utama PT Bank Permata Tbk. itu diumumkan bersama empat direksi Lembaga Pengelola Investasi lainnya.

"Saya perkenalkan CEO INA Pak Ridha Wirakusumah. Beliau memiliki berpengalaman panjang di perusahaan multinasional," ujar Jokowi saat mengenalkan jajaran direksi INA, pagi ini (16/2/2021). 

Ridha adalah jebolan Bachelor dan MBA dari Ohio University. Dia menyabet gelar doktor dari City University of Hong Kong.
Nama Ridha mulai mencuat saat ditunjuk menjadi dirut PT Bank Internasional Indonesia Tbk. pada 2009-2011.

Dia diberi mandat oleh Maybank Group asal Malaysia setelah mengakuisisi BII dari tangan Temasek Group. Rencana akuisisi BII sendiri sempat maju mundur. Maybank semula tidak direstui oleh otoritas Malaysia setelah mengetahui kondisi keuangan bank berkode saham BNII tersebut.

Kemudian, akuisisi berlanjut setelah ada nego ulang harga BII. Ridha kemudian minta untuk bersih-bersih aset bermasalah selepas dibeli dari Temasek Group. Salah satu yang dilakukan Ridha dengan melepas sejumlah aset bermasalah, dan divestasi WOM Finance milik bank yang kini bernama PT Maybank Indonesia Tbk tersebut.

Selepas dari Maybank Indonesia, Ridha berkarir di KKR & Co. Inc pada 2011-2014. kemudian dia kembali diminta menjadi bankir dengan menjabat kursi dirut PT Bank Permata Tbk. sejak 2016 hingga akhirnya terpilih menjadi direksi SWF Indonesia.

Ridha ditunjuk menjadi direksi Bank Permata oleh pemiliknya, Astra Internasional dan Standard Chartered Bank. Kemudian, pada tahun lalu bank berkode saham BNLI diakuisisi oleh Bangkok Bank Pcl.  Ridha masih dipercaya menjadi direktur utama hingga ditunjuk menjadi bos SWF Indonesia.

Langkah yang dilakukan Ridha di Bank Permata hampir mirip dengan di BII. Salah satunya dengan mengapus buku aset-aset bermasalah. Pemegang saham, Astra dan Standard Chartered Bank, menyuntikan dana hingga triliunan rupiah. Bahkan Bangkok Bank merogoh kocek hingga Rp10 triliun untuk memperkuat fundamental perusahaan.

Namun, sepanjang 9 bulan lalu, Permata masih membukukan penurunan laba cukup signifikan, yakni sebesar 60,67 persen, menjadi Rp429,76 miliar.

Padahal pendapatan operasional Permata tercatat senilai Rp6,15 triliun, naik 9,63 persen yoy dari Rp5,61 triliun. Namun, ada kerugian penurunan nilai aset keuangan yang meningkat dari Rp712,36 miliar menjadi Rp1,85 triliun secara tahunan.

Hal tersebut menyebabkan beban operasional naik 28,26 persen secara tahunan dari Rp4,14 triliun menjadi Rp5,31 triliun.

Suntikan modal dari Bangkok Bank membuat Bank Permata melesat ke bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV. Otoritas Jasa Keuangan resmi menjadi BUKU IV pada pada 20 Januari 2021 setelah mendapat restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) .

Dengan jumlah modal inti di atas Rp30 triliun, sesuai dengan data pada tanggal 31 Desember 2020, PermataBank telah memenuhi batasan modal inti minimum untuk digolongkan sebagai BUKU IV.

Bank Permata bersanding dengan BRI, Bank Mandiri, BCA, BNI, CIMB Niaga, Bank Panin, dan Bank Danamon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini