Bisnis.com, JAKARTA - AdaKami, platform teknologi finansial peer-to-peer (fintech P2P) lending milik PT Pembiayaan Digital Indonesia telah masuk dalam jajaran teratas soal penyaluran pinjaman.
CEO AdaKami Bernardino M Vega mengungkapkan sejak berdiri pada 2018, akumulasi penyaluran pinjaman AdaKami telah mencapai Rp3,1 triliun kepada 5,2 juta peminjam dana (borrower).
"Target kita pada 2021 ini mampu menyentuh penyaluran pinjaman Rp12 triliun kepada 10-15 juta borrower," ujarnya dalam diskusi virtual bertajuk Peran Fintech dalam Pemulihan Ekonomi Nasional, Rabu (17/2/2021).
Dino mengaku berani mematok target agresif pada 2021 ditopang oleh rencana perusahaan untuk mulai fokus ke penyaluran sektor produktif, terutama usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) sektor riil.
Pasalnya, survei internal AdaKami mendapati bahwa kendati dominasi penyaluran terbesar masih berada di sektor konsumtif, sekitar 23 persen memanfaatkan punjaman untuk usaha mandiri.
Adapun, 47 persen menggunakan pinjaman untuk capital loan, dan kebanyakan borrower memiliki usia terbilang muda, yakni 20-39 tahun.
"Jadi kalau kami perhatikan pada masa pandemi kemarin, tak jarang tipe borrower yang statusnya punya pekerjaan, dia mengajukan pinjaman multiguna dan menggunakan nama pribadi, bukan usaha. Nah, dia bukan menggunakan dana buat kebutuhan harian, justru menggunakannya untuk membuka usaha sampingan," jelasnya.
Oleh sebab itu, Dino mengincar semakin banyak borrower kreatif di sektor usaha rumahan mikro dan kecil semacam ini yang akan terangkul oleh AdaKami pada 2021, dengan target minimal menyentuh 4 juta borrower.
Strategi yang akan ditetapkan AdaKami, yaitu memperbesar ticket size, membuat tingkat bunga yang semakin rendah dengan meningkatkan profil user dan mengakomodasi tenor lebih panjang, serta memberikan kemudahan persetujuan dan batas pinjaman yang makin besar untuk para borrower produktif.
"Ambil contoh, kami lihat ada borrower seorang penjual martabak, dia repeat order setiap paling tidak dua minggu sekali, sekitar Rp500.000 saja. Dia butuh cepat, dan ternyata untuk beli stok keju. Inilah contoh sektor produktif yang tidak bisa terakomodasi bank. Sudah jadi tugas fintech P2P ke depan untuk terus bisa mengakomodasi mereka," jelasnya.
Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian dan Pengembangan Fintech OJK Munawar Kasan mengapresiasi platform seperti AdaKami yang menurutnya terus berupaya memberikan nilai tambah ke sektor produktif.
Dia menuturkan, ,nilai tambah semacam ini akan ikut membawa peningkatan kepercayaan masyarakat, karena nama industri P2P lending akan semakin positif, dinilai bermanfaat, dan terbukti memberikan dampak nyata buat Indonesia.
Adapun, Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah menjelaskan bahwa pemain-penain besar seperti AdaKami akan membuat persaingan industri lebih sehat.
"Karena AdaKami itu kan pasti mengacu dan menjaga nama baik induknya yang sudah bertaraf internasional. Fintech P2P besar lainnya pun pasti tak mau kalah untuk menjadi lebih baik, persaingan sehat seperti ini bisa jadi contoh untuk para pemain lainnya," ungkapnya.
Sekadar informasi, AdaKami memiliki dua principal atau pemegang saham utama, yaitu FinVolution (NSDQ: FINV) yang merupakan pemain lending besar di Tiongkok dengan lebih dari 13 tahun pengalaman di bidang big data dan pengendalian risiko AI (80 persen), serta PT. Paraduta Satya Wahana yang berhubungan dengan Northstar (20 persen).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel