Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mega Tbk. (MEGA) membukukan perolehan laba bersih Rp3 triliun, melesat 50,2% dibandingkan dengan perolehan laba bersih 2019 senilai Rp2 triliun.
Direktur Utama PT Bank Mega Tbk. Kostaman Thayib pun mengatakan tantangan selama masa pandemi tergolong cukup berat bagi indutri perbankan karena kinerja ekonomi riil terkontraksi.
Namun, perseroan cukup beruntung kanrea kinerja intermediasi masih dapat berjalan, diikuti dengan efisiensi operasional sehingga masih dapat mencetak pertumbuhan laba.
"Laba kami masih tumbuh, bahkan di tengah industri perbankna yang terkontraksi sampai 30% lebih. Bahkan, dari bank yang telah memaparkan kinerjanya, laba kami tercatat terbesar keempat," katanya dalam pubex Bank Mega, Rabu (17/2/2021).
Sebagai informasi, di tengah pandemi Covid-19, kenaikan laba bersih yang dicatatkan oleh Bank Mega disokong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar Rp 3,91 triliun, naik 9,2% dari sebelumnya Rp 3,58 triliun.
Perusahaan juga mencatatkan kenaikan penyaluran kredit sebesar Rp48,48 triliun, terkontraksi 8,54% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp53,01 triliun. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mega tercatat tumbuh 8,79% menjadi Rp79,18 triliun dari sebelumnya Rp72,79 triliun.
Adapun, rasio kredit bermasalah/non performing loan (NPL) Bank Mega sepanjang 2020 secara gross turun menjadi 1,39% dari tahun lalu 2,46%. Dari sisi permodalan, CAR perseroan masih cukup tebal, yakni 31,04% dengan rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) di level 60,04%.
Hal ini membuat total aset MEGA naik menjadi Rp 112,20 triliun dari sebelumnya Rp 100,80 triliun. Nilai tersebut terdiri dari liabilitas sebesar Rp94,99 triliun dan ekuitas sebesar Rp18,20 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel