Jadi Enggak ya, LG dan CATL Bangun Pabrik Baterai Kendaraan Listrik?

Bisnis.com,24 Feb 2021, 10:38 WIB
Penulis: Denis Riantiza Meilanova
Ilustrasi: Perakitan baterai kendaraan listrik di pabrik Volvo Cars di Ghent, Belgia. /Volvo Cars

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahajana Wirakusumah menyebut bahwa negosiasi dengan LG Chem Ltd dan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) untuk proyek industri baterai kendaraan listrik di Indonesia masih berjalan.

"Masih perlu waktu karena tidak mudah semua itu," ujar Agus ketika dihubungi Bisnis, Selasa (23/2/2021).

Investor asal Korea Selatan dan China itu berpotensi menjadi mitra Indonesia Battery Holding atau Indonesia Battery Corporation yang akan dibentuk untuk mengembangkan industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle battery) secara terintegrasi dari hulu hingga hilir senilai US$13,4 miliar—US$17,4 miliar.

Holding yang diisi oleh empat BUMN energi itu akan segera dibentuk setelah negosiasi dengan calon mitra difinalisasi. Pembentukan holding diharapkan dapat selesai pada semester I/2021 ini.

Empat BUMN yang akan membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC) adalah MIND ID atau PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), PT Aneka Tambang Tbk., PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).

Sementara itu, dalam roadmap pengembangan industri baterai EV dan energy storage system, rencananya dibangun smelter HPAL oleh Antam, serta pabrik prekursor dan katoda oleh PT Pertamina (Persero) dan MIND ID yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2024, sedangkan pabrik cell to pack oleh Pertamina dan PLN direncanakan mulai beroperasi pada 2025. Namun, hingga saat ini, belum ada lokasi pasti di mana pabrik tersebut akan dibangun.

"Belum itu baru rencana, masih harus ada studi dulu untuk itu," kata Agus.

Adapun, IBC berambisi untuk menjadi pemain global hulu baterai dengan menjadi produsen nikel sulfat yang memiliki kapasitas produksi tahunan 50.000—10.000 ton per tahun. Menurut Agus, Antam memiliki cadangan nikel yang cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi tersebut.

"Antam memiliki cadangan yang cukup untuk umur smelternya beroperasi," katanya.

Hingga akhir 2019, cadangan bijih nikel Antam tercatat mencapai 353,74 juta ton dengan sumber daya bijih nikel mencapai 1,36 miliar ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Zufrizal
Terkini