Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bank sentral telah berupaya keras menggunakan seluruh instrumen kebijakannya untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.
“Memang BI sudah all out, all out di semua instrumen bersinergi untuk memulihkan ekonomi,” katanya, Kamis (25/2/2021).
Pada Rapat Dewan Gubernur minggu lalu, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) hingga ke level terendah, menjadi 3,5 persen.
“BI sudah sangat agresif menurunkan suku bunga BI menjadi 3,5 persen,” tuturnya.
BI pun memandang, ruang untuk penurunan suku bunga acuan ke depan menjadi sangat terbatas karena sudah berada pada level yang sangat rendah.
Di samping kebijakan suku bunga, BI juga telah melakukan penambahan likuiditas atau quantitative easing (QE) di perbankan. Tercatat, per 16 Februari 2021 QE yang dilakukan BI telah mencapai Rp750,38 triliun atau setara dengan 4,86 persen dari PDB sejak 2020 lalu.
Perry mengatakan, jumlah tersebut merupakan salah satu yang terbesar di emerging market. Penambahan likuiditas terebut terdiri dari Rp726,57 triliun yang dilakukan pada 2020 dan sebesar Rp23,81 triliun pada 2021.
Selain itu, BI telah melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) sebesar Rp40,77 triliun, mulai dari awal tahun hingga 16 Februari 2021, sesuai dengan keputusan bersama BI dengan Menteri Keuangan pada 16 April 2020 yang diperpanjang hingga 31 Desember 2021.
Pada saat yang sama, BI juga memutuskan untuk melonggarkan rasio Loan To Value (LTV) untuk kredit pemilikan rumah hingga 100 persen dan pelonggaran uang muka 0 untuk kredit kendaraan bermotor hingga 0 persen.
“Kami juga menambah likuiditas di perbankan untuk mendorong pemulihan ekonomi, dan kami ikut membiayai APBN. Itu kami lakukan, termasuk digitalisasi sistem pembayaran,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel