Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dinilai menjadi tempat tujuan bagi banyak platform teknologi finansial (fintech) untuk mengembangkan bisnis lantaran faktor karakteristik pasarnya dan beragam kelebihan yang belum bisa dicapai negara Asia Tenggara lain.
Reona Shimada, CEO Crowdo Group, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kombinasi menarik mulai dari regulator yang progresif, permintaan dan ukuran pasar lokal yang besar sekaligus kuat, hingga kumpulan mitra yang berkompeten dan termotivasi untuk terus menghadirkan inklusi keuangan.
"Pasar Indonesia itu mirip dengan Thailand, Filipina, dan Vietnam. Kaya akan pelaku UMKM sebagai supply chain, berperan buat perekonomian, dan kebanyakan masih unbanked. Bedanya, di sini regulator sangat progresif, kejelasan aturan main membuat platform mudah untuk berkembang dan berinovasi," ujarnya dalam sesi wawancara eksklusif bersama Bisnis, dikutip Kamis (25/2/2021).
Pria yang akrab disapa Leo ini menjelaskan, pasar pengguna fintech di Singapura cukup kecil, akan tetapi tetapi memiliki sumber daya manusia yang langka seperti data scientist, sehingga lebih cocok menjadi tempat pengembangan Hub Artificial Intelligence buat platform fintech.
Adapun, Malaysia memiliki pasar berukuran sedang, yang lebih kecil dari Indonesia, tetapi sama-sama punya potensi UMKM yang kuat lewat kegiatan ekspor-impor yang tinggi. Menurutnya, Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki regulator super progresif yang selalu terdepan dalam memperkenalkan regulasi baru untuk mendorong inovasi keuangan digital.
Dia menuturkan, langkah cepat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mengakomodasi inovasi fintech dan menekan para platform untuk mempunyai nilai tambah dalam melayani masyarakat sangat sejalan dengan visi Crowdo.
Inilah kenapa pihaknya mendukung rencana regulasi baru OJK terkait fintech P2P lending, yang salah satunya memperketat persyaratan tingkat kesehatan suatu platform, sekaligus mewajibkan platform menyalurkan pinjaman ke luar Jawa.
"Bagi kami sebagai fintech yang sudah tidak burning cash, healthy business, tantangan untuk memperluas pasar secara nasional itu justru membuat kami termotivasi. Terlebih, kami beda dengan P2P lain yang hanya menyalurkan pinjaman. Kami menawarkan jasa lain buat UMKM yang apabila ditambah partnership kuat, sangat mudah untuk berekspansi dan pengguna kami pun sudah mencapai Sulawesi," tambahnya.
Sekadar informasi, Crowdo memiliki izin sebagai fintech peer-to-peer (P2P) lending resmi di Indonesia lewat PT Mediator Komunitas Indonesia. Perusahaan ini melayani pengelolaan dan transaksi supply chain buat UMKM, yang bisa diakses secara gratis dengan nilai transaksi mencapai US$1 miliar dari sekitar 76.000 user hingga akhir 2020.
Ke depan, Crowdo menargetkan layanan digital lain mulai beroperasi dan bisa diakses pengguna pada 2021, di antaranya platform manajemen biaya operasional usaha, platform pengaturan tagihan, dan platform penggajian karyawan.
Adapun, produk Crowdo sebagai penyalur P2P lending pun tersemat dalam layanan digital tersebut. Sepanjang 2020, sebanyak 90 persen pendana (lender) Crowdo merupakan institusi dengan penyaluran pinjaman kepada para peminjam (borrower) telah mencapai kisaran Rp600 miliar, sementara tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman 90 hari (TKB90) bertahan di 97,03 persen.
Leo pun optimistis layanan digitalisasi operasi sekaligus platform penyalur pendanaan UMKM milik Crowdo mampu menjadi salah satu startup fintech yang berkembang dan dipertimbangkan di Indonesia. Pasalnya, Indonesia terbukti menjadi tempat strategis bagi para startup bertransformasi menjadi 'raksasa', hingga akhirnya mampu berekspansi ke berbagai negara Asia Tenggara lain.
"Indonesia akan terus menjadi fokus pasar inti kami. Namun, kami tentu juga proaktif melihat permintaan yang kuat untuk solusi Neobanking kami di pasar seperti Filipina, Vietnam, dan Thailand. Karena buktinya, Indonesia pun sudah bisa mengekspor raksasa teknologi ke wilayah tersebut, seperti Traveloka dan Gojek. Harapannya, Crowdo juga bisa serupa, sebagai raksasa di bidang fintech," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel