2020, BTPN Cetak Laba Bersih Rp1,75 Triliun

Bisnis.com,26 Feb 2021, 10:38 WIB
Penulis: M. Richard
President & CEO PT Bank BTPN Tbk. Ongki Wanadjati Dana. Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank BTPN Tbk. masih mampu mencetak laba bersih sebesar Rp1,75 triliun pada 2020.

Direktur Utama Bank BTPN, Ongki Wanadjati Dana menyampaikan kinerja perseroan tergolong cukup terjaga selama masa pandemi tahun lalu yang dipenuhi ketidakpastian ekonomi global dan dalam negeri akibat hantaman pandemi Covid-19.

Bank BTPN fokus dalam memastikan kesehatan nasabah dan karyawan, bekerja sama dengan nasabah yang terdampak, serta mendukung kelangsungan usaha mereka dengan melakukan relaksasi kredit menurut ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pada saat bersamaan juga merealisasikan fasilitas program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Perseroan berupaya memitigasi dampak dan risiko dengan cara memberikan pinjaman secara selektif, melakukan restrukturisasi dan manajemen biaya kredit, secara proaktif mengelola NPL, mengurangi biaya dana, aktif mengelola likuiditas dan pendanaan serta meningkatkan efektivitas operasional secara berkesinambungan.

"Kami juga terus mengakselerasi kapabilitas perbankan digital kami untuk menghadirkan layanan perbankan yang bukan saja relevan tapi menjawab tantangan pandemi bagi para nasabah kami,” tuturnya dalam siaran pers Bank BTPN, Jumat (26/2/2021).

Adapun, perolehan laba bersih pada tahun 2020 turun 32,5 persen dibandingkan dengan 2019. secara tahunan. Hal ini utamanya disebabkan oleh peningkatan beban pencadangan yang agresif pada tahun lalu. Melemahnya sektor perekonomian akibat Covid-19 dan dampaknya terhadap debitur perbankan menyebabkan Bank BTPN perlu menyiapkan biaya pencadangan kredit sebesar Rp 2,8 triliun.

Perseroan juga berupaya mendukung debitur terdampak dengan mealakukan penurunan suku bunga dan restrukturisasi kredit sehingga berdampak pula pada penurunan pendapatan bunga bank. Net interest income turun 3% menjadi Rp 10,6 triliun. Biaya operasi dapat dijaga dengan baik, turun sebesar 3% (yoy).

Ongki menyampaikan pandemi berdampak pada perlambatan penyaluran kredit di industri perbankan. OJK mencatat terjadi penurunan rata-rata industri sebesar 2,4% pada akhir 2020. Covid-19 juga berdampak pada penyaluran kredit Bank BTPN, terutama pada segmen mikro, small and medium enterprises (SME), komersial, pembiayaan konsumen dan syariah.

Perlambatan kredit juga disebabkan karena adanya pelemahan aktivitas bisnis dan repayment kredit yang lebih tinggi dibandingkan pemberian fasilitas kredit baru sehingga pada akhir kuartal IV/2020, total kredit Bank BTPN turun sebesar 4% (year-on-year/yoy) menjadi Rp 136,2 triliun. Namun segmen korporasi masih mencatat pertumbuhan sebesar 4% menjadi Rp 78,7 triliun (yoy).

Perseroan melakukan upaya-upaya restrukturisasi pada portofolio yang terdampak langsung oleh pandemi Covid-19. Hingga akhir Desember 2020 akumulasi total nilai kredit yang disetujui untuk mendapat restrukturisasi kredit adalah sebesar Rp 13,2 triliun atau sekitar 9,7% dari keseluruhan portofolio kredit konsolidasi.

Kualitas kredit Bank BTPN terjaga baik, seperti tercermin dari NPL gross yang berada di level 1,21% pada akhir Desember 2020. Angka ini masih relatif rendah dibandingkan NPL industri perbankan yang pada akhir Desember 2020 tercatat sebesar 3,06%.

Di samping itu, perseroan menghimpun pendanaan sejumlah Rp 145,5 triliun sampai dengan akhir Desember 2020. Total dana pihak ketiga meningkat sebesar 16% menjadi Rp 100,8 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Saldo CASA meningkat sebesar 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan sejalan dengan upaya menekan biaya dana seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Pertumbuhan dana pihak ketiga tidak lepas dari tingginya tingkat kepercayaan nasabah serta kuatnya fondasi bisnis Bank BTPN.

Rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, di mana liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 281,70% sedangkan net stable funding ratio (NSFR) 115,14% pada posisi 31 Desember 2020. Perseroan mencatat pertumbuhan aset sebesar 1%, dari Rp 181,6 triliun menjadi Rp 183,2 triliun, dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 25,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini