Awali Bulan Maret, Harga Emas Rebound 1 Persen

Bisnis.com,01 Mar 2021, 13:44 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Karyawan menunjukan replika emas logam mulia di Butik Antam, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Harga emas PT Aneka Tambang Tbk. pada hari perdagangan Selasa (8/9/2020) menurun dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas berbalik menguat seiring dengan pelemahan dolar AS dan fokus investor yang tertuju pada tingkat imbal hasil (yield) obligasi serta outlook pertumbuhan ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (1/3/2021), harga emas di pasar Spot terpantau sempat menguat hingga 1 persen ke level US$1.750,49 per troy ounce. Sepanjang Februari lalu, harga emas terkoreksi 6,2 persen, atau penurunan terbesar sejak November 2016 lalu.

Harga emas global mengawali tahun 2021 dengan tren yang kurang baik seiring dengan kenaikan yield obligasi AS (US Treasury) yang membebani permintaan terhadap logam mulia. Pergerakan harga emas juga semakin tertekan setelah proses vaksinasi yang meningkatkan harapan akan pemulihan ekonomi dunia dari pandemi virus corona.

Sementara itu, DPR AS juga telah meloloskan undang-undang terkait paket stimulus senilai US$1,9 triliun yang diusulkan oleh Presiden AS, Joe Biden. Anggaran ini kemudian akan dikaji oleh Senat AS.

Salah satu katalis kenaikan harga emas adalah pernyataan bank sentral di wilayah Asia dan Eropa yang telah menyiapkan kebijakan dukungan untuk mencegah kenaikan imbal hasil obligasi. Hal tersebut sedikit menenangkan pasar dan mengurangi aksi jual obligasi investor.

Pernyataan tersebut juga ikut menurunkan yield US Treasury dari level tertingginya dalam setahun terakhir.

Avtar Sandu, Senior Manager for Commodities Phillip Futures Pte., mengatakan, kenaikan harga emas dipicu oleh ekspektasi bahwa kenaikan yield US Treasury telah mencapai puncaknya untuk saat ini.

“Koreksi yang dalam akibat fluktuasi jangka pendek dianggap investor sebagai kesempatan untuk membeli emas,” katanya dikutip dari Bloomberg.

Michael McCarthy, Chief Market Strategist CMC Markets mengatakan, pasar obligasi terus mengirimkan sinyal akhir dari kebijakan penurunan tingkat suku bunga acuan.

Menurutnya, apabila tekanan sentimen kenaikan inflasi terlihat dari penurunan harga obligasi pada pertengahan tahun 2021, bank sentral akan dipaksa untuk menarik kembali dukungan kebijakan yang ada saat ini.

“Penurunan harga emas menunjukkan kekhawatiran utama pasar adalah terkait suku bunga yang lebih tinggi. Hal ini menghapus daya tarik aset safe haven seperti emas,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini