Kinerja Kredit Investasi Diramal Belum Pulih pada Awal Tahun

Bisnis.com,01 Mar 2021, 09:37 WIB
Penulis: M. Richard
Petugas teller menata uang rupiah di salah satu cabang Bank Mandiri di Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja kredit investasi diproyeksikan belum akan membalikkan kinerjanya pada awal 2021. Meski beberapa sektor sudah mulai menunjukkan tren cukup baik, prospek kinerja ekonomi masih cukup berat.

Berdasarkan data Bank Indonesia, kredit investasi pada Januari masih terkontraksi 0,9 persen secara tahunan menjadi Rp1.438,5 triliun.

Kredit investasi di pertanian, peternakan, dan perikanan masih terkontraksi 1,2 persen secara tahunan menjadi Rp231,6 triliun.

Kredit investasi untuk perdagangan, perhotelan, dan restoran juga terkontraksi 5,48 persen secara tahunan dari Rp237 triliun menjadi Rp224 triliun. Kredit investasi di listrik air dan gas mencatatkan kontraksi 15,8 persen secara tahunan dari Rp170,9 triliun menjadi Rp143,8 triliun.

Kendati demikian, industri pengolahan menunjukkan peningkatan kebutuhan pembiayaan investasi yang cukup kuat, yakni tumbuh 5 persen secara tahunan menjadi Rp234,3 triliun.

Kredit investasi di sektor konstruksi pun menunjukkan pertumbuhan yang cukup kuat, naik 12,8 persen secara tahunan dari Rp135,2 triliun menjadi Rp152,6 triliun.

Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menyampaikan potensi pembalikan kinerja kredit investasi pada awal tahun masih kecil. Secara general, kinerja ekonomi masih dipenuhi perspektif wait and see.

"Kalau untuk investasi, masih belum akan kuat. Karena bagaimana pun, kredit ini membutuhkan prospek kinerja yang baik sebelum naik secara agresif. Beberapa sektor sudah mulai pulih, tetapi secara keseluruhan masih cukup belum kuat," katanya kepada Bisnis, Minggu (28/2/2021).

Dia menjelaskan pelaku usaha saat ini lebih mendapat dorongan optimisme yang cukup baik dari sektor pertambangan dan komoditas sawit.

Pertumbuhan ekonomi di China dan India mendorong permintaan komoditas batu bara, nikel dan sawit. Namun, Ari berpendapat kebutuhan untuk investasinya masih belum akan terlalu kuat pada awal tahun ini.

Selanjutnya, sektor perdagangan, hotel dan restoran juga masih belum akan membutuhkan kredit investasi. Sektor ini melakukan pelunasan kredit yang cukup agresif sejak tahun lalu seiring dengan tingkat okupansi yang rendah.

"Belanja masyarakat kelas menengah atas juga belum begitu kuat. Kalau ada peningkatan, baru sekadar untuk pembiayaan modal kerja," sebutnya.

Ari berharap insentif pajak untuk konsumsi properti perumahan dan kendaraan bermotor dapat membuat kepercayaan masyarakat meningkat.

"Jika memang berdampak maka industri otomotif juga kan mulai melakukan operasional lagi. Namun, tetap untuk kebutuhan modal kerja guna memenuhi kapasitas produksinya," sebutnya.

Setali tiga uang, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch. Amin Nurdin berpendapat kondisi ekonomi masih berat untuk mengakselerasi fungsi intermediasi untuk kebutuhan investasi.

"Beberapa perbaikan memang sudah cukup terlihat untuk kredit investasi, tetapi ini sifatnya tidak besar dan masih akan temporer di awal tahun. Bahkan, kredit investasi baru akan mulai positif di semester kedua tahun ini," sebutnya.

Dia menjelaskan perbankan masih belum melihat potensi perbaikan kinerja yang menjanjikan sehingga menahan penurunan suku bunga dan ekspansi fungsi intermediasinya. Meski nampak baik, kualitas kredit juga masih menjadi perhatian utama bagi perbankan tahun ini.

Lagi pula, dia menyampaikan realisasi kredit investasi membutuhkan komitmen yang tinggi dari pemodal besar.

"Meski likuiditas global tergolong melimpah, tetapi pemodal juga asing masih akan wait and see. Sementara itu, pemodal lokal juga masih akan fokus pada penjagaan kinerja usahanya," imbuhnya.

Di pihak lain, perbankan mengklaim permintaan kredit sudah cukup baik pada awal tahun ini. Namun, realisasi penyaluran akan tetap konservatif dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian.

Cluster CFO, Indonesia & ASEAN Markets Standard Chartered Bank Dina Sagita Middin menyampaikan belum dapat memaparkan kinerja awal tahun lantaran data kuartal pertama belum lengkap.

Namun, bank asing asal Inggris ini menyampaikan mulai melihat banyak optimisme dari pelaku usaha riil nasional.

"Kami selalu siap untuk membantu nasabah-nasabah korporasi kami dalam kebutuhan penyaluran pembiayaan mereka, dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola pertumbuhan kredit di dalam tingkat risiko yang dapat diterima," sebutnya.

Corporate Secretary Group Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyampaikan perseroan melihat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi nasional ke depan masih tetap optimis.

Ekspektasi ini terutama didorong oleh berbagai stimulus pemerintah dan Bank Indonesia serta progress dari program vaksinasi. Untuk itu,perseroan cukup optimis kinerja pembiayaan akan mulai membaik pada kuartal I tahun ini.

Dia menyampaikan perseroan berharap penyaluran pembiayaan dapat tumbuh positif di satu digit pada tahun ini di segmen korporasi.

"Kami telah mengembangkan produk-produk pembiayaan yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah korporasi, termasuk digitalisasi proses bisnis agar bisa lebih cepat dan efisien," sebutnya.

Adapun, penyaluran kredit di segmen wholesale banking, termasuk corporate, commercial, dan kelembagaan mencapai Rp500,9 triliun hingga Desember 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini