Bisnis.com, SURABAYA - PT Axa Mandiri Financial Services (Axa Mandiri) tahun ini akan lebih mengoptimalkan peluang digitalisasi dalam memasarkan produk asuransi termasuk menyediakan produk yang seusai dengan kebutuhan dan kemampuan nasabah.
Chief Bussines and Distribution Axa Mandiri Theodores Tangke mengatakan dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti ini kinerja asuransi mengalami banyak tantangan. Namun, perseroan berupaya untuk memanfaatkan tantangan tersebut menjadi peluang dalam meningkatkan kinerja.
“Tahun ini kami harus lebih optimistis dan belajar dari pengalaman 2020, layanan digital memegang peranan penting karena kami harus terus terkoneksi dengan nasabah di masa pandemi,” katanya dalam virtual Axa Mandiri FGD Potensi dan Tantangan Bisnis Asuransi di masa pandemi, Selasa (2/3/2021).
Dia mengatakan beberapa produk asuransi baru saat ini juga sedang disiapkan untuk diluncurkan. Salah satu produk asuransi ini akan menyasar segmen menengah ke bawah atau mikro dengan pertimbangan kondisi perekonomian saat ini.
“Sekarang memang ada kecenderungan nasabah memilih perlindungan premi yang murah, jadi tahun ini kami berupaya memperluas penjualan asuransi mikro dengan premi murah mulai Rp50.000, ada pertanggungan jiwa dan rumah sakit, dan ini diharapkan bisa membantu segmen mikro,” jelasnya.
Dari sisi pengembangan digitalisasi, lanjut Theo, Axa Mandiri juga meluncurkan 2 aplikasi yang dapat dipergunakan oleh para tenaga pemasar maupun untuk nasabah yang bisa melakukan tanya jawab secara langsung, dan mendapatkan poin-poin tertentu kita membayar premi.
Axa Mandiri pada 2020 sendiri mencatatkan kinerja klaim asuransi sebesar Rp4,8 triliun. Jumlah klaim yang dibayarkan tersebut turun dibandingkan dengan 2019, yang mencapai Rp5,3 triliun.
Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Malang (Unisma) Harun Al Rasyid menilai bisnis asuransi ke depan masih banyak peluang yang bisa dioptimalkan, bahkan di masa pandemi.
“Di sadari atau tidak, pandemi ini justru membuat orang sadar untuk ikut asuransi, dan mereka mulai menyimpan dan mengatur keuangan dengan lebih bijak. Kalau dulu dianggap tidak pentin, tapi saat ini minat asuransi semakin bertambah,” katanya.
Harun menyebutkan sebuah survei minat orang yang berencana membuka polis. Survei itu menyebutkan sebanyak 30 persen ingin membeli polis asuransi jiwa dan kesehatan, untuk penyakit kritis dan asuransi rawat inap sampai 34 persen.
“Ini artinya, dengan Covid-19, masyarakat semakin sadar bahwa asuransi menjadi kebutuhan dasar dan darurat. Jadi bagaimanapun semua aktivitas manusia membutuhkan proteksi dan pendampingan supaya kita tetap nyaman beraktivitas,” imbuhnya.
Berdasarkan data OJK, per Januari 2021 kinerja premi asuransi jiwa dan umum secara nasional mencatatkan pertumbuhan positif yakni mencapai Rp30,35 triliun, atau naik 15,94 persen dibandingkan dengan Januari 2020 yang hanya Rp26,17 triliun.
Sementara, kinerja klaim asuransi jiwa dan umum pada Januari 2021 mencapai Rp16,59 triliun atau turun -4,02 persen dibandingkan dengan Januari 2020, yang senilai Rp17,28 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel