Inflasi Bali Masih Terkendali, Cuma Harga Cabai Terus Naik

Bisnis.com,02 Mar 2021, 08:45 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Pedagang menata barang dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Senin (4/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, DENPASAR — Bank Indonesia menilai inflasi Bali sampai dengan Februari masih dalam keadaan rendah dan terkendali. Namun, berberapa komoditas seperti cabai rawit dan cabai merah level harganya masih menunjukkan tren kenaikan.

Adapun pada Februari 2021 Bali mengalami deflasi sebesar 0,15 persen secara bulanan (month to month/mtm). Secara spasial, Denpasar mengalami deflasi sebesar 0,20 persen (mtm), sedangkan kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,22 persen (mtm).

Secara tahunan (year on year/yoy), Bali mengalami inflasi sebesar 0,43 persen, lebih rendah dibanding inflasi nasional 1,38 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali Trisno Nugroho mengatakan Pulau Dewata saat ini dihadapkan dengan tren kenaikan cabai rawit dan cabai merah. Selain itu, permintaan komoditas bahan makanan dan canang sari berpotensi meningkat seiring dengan adanyaHari Raya Nyepi yang jatuh pada Maret ini.

Bank Indonesia, lanjutnya, bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menghimbau agar petani tetap menanam sesuai dengan siklusnya agar pasokan tetap mencukupi. Selain itu, pemanfaatan teknologi dalam pemasaran produk-produk pertanian (e-commerce) dan dalam produksi (digital farming) juga akan terus didorong.

"Menghadapi potensi tantangan tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus melakukan kerja sama antar daerah, mengoptimalkan pemanfaatan mesin controlled atmosphere storage (CAS), dan menghimbau agar petani tetap menanam sesuai dengan siklusnya," katanya seperti dikutip dalam rilis, Selasa (2/3/2021).

Lebih rinci, deflasi bulanan pada Februari 2021 terjadi di semua kelompok barang, yaitu volatile food, administered price, dan core. Selama Februari 2021, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 0,15 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Penurunan harga terlihat utamanya pada komoditas daging ayam ras, jeruk, tomat, bawang merah, dan mangga.

"Penurunan harga komoditas ini merupakan normalisasi harga pasca permintaan yang tinggi di Januari 2021 serta telah dimulainya panen raya untuk komoditas hortikultura," katanya.

Sementara itu, produk-produk holtikultura dan sayuran, seperti cabai rawit, cabai merah, sawi hijau, dan bayam justru menunjukkan inflasi yang tinggi sehingga patut diwaspadai dan diantisipasi oleh TPID.

Kelompok barang administered price mencatat deflasi sebesar 0,39 persen (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya tarif angkatan udara dan tarif kendaraan roda dua online. Tarif angkutan udara yang turun tersebut sejalan dengan pembatasan mobilisasi masyarakat (PPKM) dan juga normalisasi harga pasca libur panjang yang berlangsung hingga awal Januari 2021.

Kelompok barang core inflation mencatat deflasi sebesar 0,09 persen. Penurunan harga komoditas emas perhiasan dan canang sari menjadi penyumbang deflasi utama. Penurunan harga emas sejalan dengan redanya rally investor sejalan dengan perekonomian dunia yang diprakirakan pulih lebih cepat dari estimasi awal.

"Adapun penurunan harga canang sari juga merupakan normalisasi pasca beberapa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) pada Januari 2021, di antaranya Hari Raya Saraswati," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini