Kepala LPS Sebut Vaksin Covid-19 jadi Obat Perbaikan Kredit Bank

Bisnis.com,03 Mar 2021, 11:40 WIB
Penulis: Khadijah Shahnaz
Karyawan membersihkan logo Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Jumat (10/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai salah anggota KSSK bersama dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan terus bersinergi untuk mendorong penurunan suku bunga kredit.

Kepala Eksekutif LPS Lana Soelistianingsih dalam keterangan resmi yang diterima pada Rabu (3/3/2021) mengatakan pihaknya selalu berkomunikasi dan terus berkoordinasi, membahas kondisi makro dan mikro di sektor keuangan.

"Kami juga melihat kemungkinan apakah ada ruang untuk turun, sebagai kelanjutan dari suku bunga yang lain," ujarnya.

Menurutnya sinergitas kebijakan antar lembaga harus menjadi perhatian. LPS pun terus memonitor suku bunga kredit dan bagaimana cara mendorong untuk turun.

Lana mengatakan upaya untuk mendorong suku bunga kredit adalah bagaimana cara menurunkan suku bunga pinjaman atau suku bunga penjaminan.

"Tentunya kami akan sinergikan terlebih dulu,” lanjutnya.

Dia menambahkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi suku bunga kredit, belum stabilnya kredit atas permintaan karena kegiatan usaha yang belum menunjukan konsistensi.

Namun, dengan adanya program vaksinasi yang efektifitasnya sudah mulai dirasakan dan dengan turunnya angka penyebaran covid-19, diharapkan kepercayaan masyarakat akan pulih dan kegiatan usaha kembali normal seiring dengan meningkatnya permintaan atas kredit pada bank.

Lana menjelaskan jika dilihat dari simpanan yang berbasis giro memang ada penurunan karena tiga bulan lagi karena akan menghadapi bulan puasa dan Lebaran. Hal ini nampaknya beberapa kegiatan usaha mulai menggunakan giro atau berarti masih menggunakan uang sendiri bukan kredit yang dikeluarkan oleh bank.

"Hal inilah yang belum bisa mentransmisikan ke suku bunga kredit karena para pelaku usaha masih menggunakan lebih banyak giro yang dimilikinya untuk kegiatan usaha yang mulai membaik seperti saat ini. Saya kira, vaksin memang menjadi harapan bagi kegiatan usaha,” jelasnya.

Menurutnya, ke depan efektifitas vaksin ini bisa menjadi faktor positif yang dapat membuat kegiatan usaha semakin pulih.

“Tentunya para pelaku usaha tidak bisa terus menerus menggunakan uangnya sendiri atau giro, pasti mereka akan meminta kredit pada bank, di saat kredit mulai membaik, disitu mungkin perbankan juga akan mulai memberikan relaksasi terhadap suku bunga kreditnya,” tambahnya.

Lana memaparkan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh LPS efektivitas penurunan suku bunga simpanan ke suku bunga kredit, dalam keadaaakan normal, ada selang waktu antara 1 triwulan sampai dengan 2 triwulan.

Namun, dengan kondisi pandemi seperti sekarang, mungkin perlu waktu lebih lama lagi atau sekitar 3 triwulan.

“Cepat atau lambat, saya kira suku bunga kredit akan turun seiring dengan kegiatan usaha yang semakin membaik, terlebih program vaksinasi berjalan dengan masif, seperti terlihat di sentra perekonomian semisal di Pasar Tanah Abang. Saya kira juga akan dilaksanakan di berbagai tempat sejenis, sehingga akan membangun kepercayaan masyarakat bahwa pandemi ini sudah mulai terkendali dan membangun keyakinan akan konsumsi, dan jika konsumsi mulai membaik, disinilah kegiatan usaha akan pulih dan bahkan meningkat,” ujarnya.

Jika melihat kondisi simpanan yang masih tumbuh sekitar 10 persen di bulan Januari dan pada Desember 2020 tumbuh sekitar 11 persen year on year, hal ini menunjukkan simpanan itu masih terus meningkat.

“Kalau likuiditas ini masih cukup banyak di perbankan, maka mau tidak mau tren penurunan suku bunga pasar itu masih berlanjut. Disini LPS akan melihat bagaimana penurunan suku bunga pada bulan Februari akan direspons oleh pasar. Kalau memang dimungkinkan turun, nanti akan ada ruang untuk turun,” katanya.

Dia juga menyatakan jika permintaan kredit mulai membaik, ini dapat mendorong bank untuk menurunkan suku bunga kredit. Secara historis jika melihat PDB, konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 55 persen.

"Dulu sebelum pandemi, masyarakat kita itu konsumtif, dan itu benar adanya jika melihat kontribusi dari konsumsi rumah tangga itu, jadi kekuatan ekonomi kita itu sebetulnya di konsumsi rumah tangga. Oleh karenanya ke depan sinergi kebijakan itu ialah bagaimana mendongkrak konsumsi rumah tangga tersebut,” pungkas Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini