Pasca Covid-19, Industri Asuransi Perlu Adopsi Kecerdasan Buatan, Ini Alasannya

Bisnis.com,08 Mar 2021, 01:44 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Seorang model menunjukkan Hario Asuransi Online. / Dok. MNC Kapital Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Pengembangan kecerdasan buatan atau artificial inteligence dinilai sebagai agenda penting yang harus dilakukan industri asuransi pasca pandemi Covid-19, melanjutkan proses digitalisasi yang menjadi pilar utama dalam pemasaran dan pelayanan kepada nasabah beberapa waktu terakhir.

Chief Digital and Transformation Officer AXA Tomasz Kurczyk menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 menjadi tantangan besar bagi banyak industri, termasuk asuransi.

Pandemi mengubah lanskap industri secara keseluruhan, lebih dari sekadar memancing kemampuan beradaptasi dan berinovasi agar tetap bertahan.

Menurut Kurczyk, pandemi Covid-19 membuat kesadaran masyarakat akan perlindungan kesehatan semakin meningkat, bahkan dapat menjadi prioritas tertinggi. Masyarakat luas pun mengalami adaptasi dalam memahami dan mencari proteksi melalui asuransi.

“Tentu saja, ada juga tekanan yang lebih besar bagi asuransi untuk memberikan layanan dan mewujudkan nilainya [selama pandemi Covid-19],” ujar Kurczyk dalam diskusi bertajuk What's Next for 2021 in the Finance and Healthcare Industry pada Kamis (4/3/2021).

Di tengah perubahan paradigma masyarakat terhadap asuransi selama pandemi Covid-19, sentuhan pribadi kepada nasabah menjadi penting. Industri asuransi harus mampu meningkatkan kesadaran risiko dan pemahaman proteksi seperti apa yang masyarakat butuhkan.

Kurcxyk menilai bahwa risiko akan selalu membayangi masyarakat di manapun, bahkan di negara yang sangat stabil dalam hal sistem kesehatan dan keuangannya. Oleh karena itu, perubahan kondisi yang terjadi secara global harus diiringi oleh pengembangan prediksi dan pencegahan risiko berbasis artificial inteligence (AI), karena dapat menjadi pendorong penting dalam membeli asuransi.

"Untuk asuransi saat ini, tujuan akhirnya adalah menerapkan sebuah inovasi berbasis AI untuk memprediksi risiko nasabah di tahun-tahun mendatang, sehingga kami dapat membantu mencegah dan melindungi mereka melalui perubahan perilaku dan gaya hidup,” ujar Kuczyk.

Head of Insights SEA Isentia Prashant Saxena menilai bahwa krisis lainnya akan kembali terjadi di masa depan. Krisis yang telah dan masih terjadi pun harus menjadi pembelajaran bagi seluruh industri guna memicu inovasi dalam menghadapi potensi risiko ke depannya.

“Kita selalu dapat mengatasi krisis dengan terus melihat dan menganalisis seberapa besar dampaknya dan berapa kecepatannya, dan akhirnya, menemukan solusi dan menghadirkan inovasi yang sesuai berdasarkan masing-masing industri,” ujar Prashant.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Edi Suwiknyo
Terkini