Industri Mamin Protes Jadi Objek Perluasan Pajak

Bisnis.com,08 Mar 2021, 20:06 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya
Dalam upaya menjaga aktivitas sektor manufaktur makanan dan minuman, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang melakukan kunjungan kerja ke pabrik PT Mayora Indah Tbk di Jl Jayanti 1 di Balaraja, Tangerang, Banten (18/9/2020). /Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri makanan dan minuman berharap pemerintah tidak mengambil langkah perluasan pajak saat ini. Pasalnya hal itu akan sangat memberatkan industri.

Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan tahun ini, pelaku industri sedang berusaha untuk bisa mulai bangkit atau kembali pulih.

"Kami apresiasi upaya pemerintah yang sejak tahun lalu memberikan stimulus kepada industri seperti keringannan bea masuk atau pun penguruangan pajak untuk sektor tertentu, dan juga PPh untuk karyawan. Ini sedikit banyak cukup membantu cash flow pelaku usaha," katanya kepada Bisnis, Senin (8/3/2021).

Rachmat mengemukakan sayangnya tahun lalu dirasa cukup singkat bagi pelaku industri, untuk itu belum banyak pelaku usaha yang bisa memanfaatkan stimulus pemerintah tersebut. Industri pun masih berharap stimulus ini masih akan dilanjutkan pada tahun ini.

Sementara itu, pria yang juga mennjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) ini menyebut berdasarkan fakta yang ada dari lembaga riset independen, sektor industri AMDK maupun mamin memang ada yang mengalami kestabilan dan masih tubuh positif selama masa pandemi saat ini.

"Namun, kategori produk AMDK contohnya, ada yang pertumbuhannya minus cukup signifikan yaitu yang kemasan kecil karena biasanya ini dikonsumsi di aktifitas luar rumah," ujar Rachmat.

Rachmat melanjutkan untuk AMDK kategori kemasan galon, pertumbuhannya cukup stabil, tetapi sebagian besar habis untuk meng-kompensasi pertumbuhan minus dari yang kemasan besar.

Sehingga secara total sektor AMDK tumbuhnya sangat kecil sekitar di bawah 1 persen pada periode sepanjang 2020 kemarin.

"Tahun kemarin kami mode-nya bertahan hidup alias survival. Sangat sedikit yang mampu investasi baru atau memperluas investasi. Kami cukup bersyukur tidak kolaps yang pasti akan berdampak pada tenaga kerja kami dan pasti kalau ini terjadi akan menambah beban pemerintah," ujarnya.

Sementara itu, industri mamin tahun lalu mencatat pertumbuhan di level 1,6 persen sesuai dengan hasil yang dirilis dari Badan Pusat Statistika (BPS).

Angka itu diklaim sesuai dengan proyeksi pertumbuhan pelaku industri yang berkisar 1-2 persen. Tahun ini, industri mamin pun optimis akan mencapai level pertumbuhan lebih baik dikisaran 5-7 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini