IHSG Berbalik Melemah Sesi I, Investor Asing Lepas Saham BCA dan INCO

Bisnis.com,08 Mar 2021, 11:38 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan berbalik melemah pada akhir sesi I Senin (8/3/2021), setelah sebelumnya menguat pada awal perdagangan.

Pada pembukaan perdagangan indeks harga saham gabungan (IHSG) terpantau di level 6.304 dan langsung naik 0,75 persen pada pukul 09.03 WIB ke posisi 6.308,66.

Namun, hingga akhir sesi I, IHSG berbalik melemah dan ditutup koreksi 0,19 persen atau 11,78 poin menjadi 6.246,97. Sepanjang pagi ini, indeks bergerak di rentang 6.239,05-6.325,51.

Adapun, pada penutupan perdagangan pekan kemarin, IHSG parkir di level 6.258,75 melemah 0,51 persen atau 32,04 poin.

Dari keseluruhan konstituen, sebanyak 198 saham berhasil menguat, 255 saham melemah, sedangkan 161 saham lainnya tampak tidak bergerak dari posisi pada perdagangan sebelumnya.

Investor asing tercatat melakukan transaksi net sell sebesar Rp163,78 miliar dengan sasaran aksi jual ke saham BBCA sebesar Rp57,4 miliar, INCO Rp41,2 miliar, dan BMRI Rp32 miliar. Saham BBCA turun 0,51 persen, INCO anjlok 5,24 persen, dan BMRI koreksi 1,16 persen.

Sementara itu, penguatan IHSG dipimpin oleh saham VRNA melonjak 35 persen, EPAC yang naik 33,78 persen, AHAP naik 32,79 persen, dan emiten media milik Erick Thohir, ABBA yang menguat 34,25.

Sebelumnya, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menjelaskan IHSG berpeluang menguat Senin ini seiring penguatan indeks Dow Jones sebesar 1.85 persen. Selain itu, rebound sejumlah komoditas seperti minyak, timah, dan nikel juga dapat membantu penguatan IHSG.

Kendati demikian, Edwin menuturkan masih ada sejumlah katalis negatif yang berpotensi menghambat kenaikan IHSG. Salah satu ancaman tersebut adalah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun.

Selain naiknya yield obligasi 10 tahun, katalis negatif juga berasal dari kondisi sosial dan politik didalam negeri yang diperkirakan akan memanas menyusul terjadinya perebutan kekuasaan di tubuh Partai Demokrat.

Ia memaparkan, aksi saling klaim kekuasaan ini akan menimbulkan kekhawatiran terjadinya konflik fisik baik vertikal maupun horisontal di seluruh wilayah Indonesia. Padahal selama ini Indonesia sedang dalam keadaan yang aman, damai dan sentosa.

“Namun, karena syahwat politik ingin berkuasa konflik fisik tersebut berpotensi terjadi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini