Dolar AS Melesat, Rupiah dan Mata Uang Asia Terkapar

Bisnis.com,08 Mar 2021, 17:31 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan cukup dalam pada penutupan perdagangan, Senin (8/3/2021) seiring dengan penguatan dolar AS. Rupiah tersungkur pada perdagangan awal pekan ini, setelah Pemerintah AS meloloskan stimulus jumbo US$1,9 triliun.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,42 persen atau 60 poin ke level Rp14.360 per dolar AS. Sepanjang tahun berjalan, rupiah telah melemah 2,21 persen.

Sepanjang hari nilai tukar rupiah bergerak di rentang Rp14.335-Rp14.380 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan, rupiah dibuka di harga Rp14.335 per dolar AS.

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.390 per dolar AS, melemah 19 poin atau 0,13 persen dari posisi kemarin, Jumat (5/3/2021) Rp14.371 per dolar AS.

Indeks dolar AS pada pukul 17.13 WIB pun mengalami penguatan 0,28 persen atau 0,258 poin ke level 92,248.

Tak hanya rupiah, mayoritas mata uang di Asia Pasifik juga tunduk di hadapan greenback hari ini. Nilai tukar yen Jepang melemah sebesar 0,18 persen, dolar Singapura turun 0,45 persen, dan dolar Hong Kong melemah 0,08 persen.

Pada akhir pekan lalu, Rancangan Undang-undang stimulus Covid-19 senilai US$1,9 triliun yang telah dibubuhi tanda tangan Joe Biden akhirnya disetujui Senat Amerika Serikat (AS) .

Persetujuan itu diberikan setelah 25 jam voting yang menghasilkan suara 50 banding 49. RUU Rencana Penyelamatan Amerika tersebut sekarang dikembalikan ke DPR, di mana Pemimpin Mayoritas Steny Hoyer mengatakan pemungutan suara akan diadakan Selasa (9/3/2021).

Meskipun beberapa kalangan progresif DPR mengeluh tentang perubahan yang dibuat oleh Senat tersebut. Namun, sejauh ini tidak ada yang mengancam untuk menahan suara. Partai Demokrat bertujuan untuk menandatanganinya dukungan terhadap stimulus ini menjadi undang-undang minggu depan.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan tambahan likuiditas dalam bentuk stimulus selalu berdampak positif untuk segala jenis instrumen investasi. Pasalnya, likuiditas berada di sisi penawaran sementara instrumen investasi berada di sisi permintaan.

Dalam hukum penawaran, ketika penawaran tinggi maka berbanding lurus dengan kenaikan harga yang ditawarkan.

“Yang jelas semakin banyak likuiditas, tidak hanya saham tapi semua instrumen investasi akan dapat manfaat,” kata Rudiyanto kepada Bisnis, Minggu (7/3/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini