Aksi Jual Asing di Saham BCA dan BRI Makin Deras, IHSG Tinggalkan Level 6.200

Bisnis.com,09 Mar 2021, 14:21 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah & Lorenzo A. Mahardika
Karyawan mengamati pergerakan saham di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (19/11/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) koreksi semakin dalam pada perdagangan Selasa (9/3/2021), seiring dengan derasnya aksi jual investor asing.

Pada pukul 14.10 WIB, IHSG koreksi 0,89 persen atau 55,7 poin menjadi 6.192,76. Sepanjang pagi ini, IHSG bergerak di rentang 6.192,38-6.267,42, setelah dibuka di level 6.258,67.

Terpantau 140 saham menguat, 331 saham melemah, dan 170 saham stagnan pada sesi I. Total transaksi mencapai Rp9,26 triliun, dan investor asing cenderung melakukan aksi jual dengan net sell Rp619,19 miliar.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi yang paling banyak dilego asing dengan net sell Rp333,8 miliar. Saham BBCA turun 1,41 persen menjadi Rp33.125.

Selanjutnya, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga dijual asing dengan net sell Rp138,2 miliar. Saham BBRI koreksi 2,75 persen menuju Rp4.600.

Sementara itu, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi yang paling banyak diborong asing dengan net buy Rp55,2 miliar. Saham BMRI naik 0,39 persen menuju Rp6.450.

Saham PT Pembangunan Graha Lestari Tbk. (PGLI) dan PT Mahaka Media Tbk. (ABBA) menjadi top leaders penguatan saham, masing-masing naik 34,69 persen.

Saham PT Bank Sinarmas Tbk. (BSIM) menjadi penekan indeks, dengan penurunan 6,99 persen. Sebagai informasi, ABBA merupakan Grup Mahaka milik Erick Thohir. Adapun, BSIM merupakan entitas bisnis Grup Sinar Mas milik keluarga konglomerat Eka Tjiptawidjaja.

Sebelumnya, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menjelaskan IHSG berpeluang melemah pada hari ini seiring dengan naiknya yield obligasi AS dan telah berimbas pada penurunan performa indeks di AS. Koreksi pada pasar saham AS juga berimbas pada pasar komoditas.

“Kombinasi dari turunnya sebagian indeks di Wall Street, kejatuhan komoditas, pelemahan, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS, dan naiknya yield obligasi baik di AS dan Indonesia membuat IHSG agak sulit bernafas dan berpeluang kembali dilanda tekanan jual pada hari ini,” papar Edwin dikutip dari riset hariannya, Selasa (9/3/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini