Pasar Volatil, Bagaimana Prospek Reksa Dana Saham dan Obligasi?

Bisnis.com,10 Mar 2021, 05:02 WIB
Penulis: Asteria Desi Kartika Sari
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi belum menunjukkan tanda berakhir dalam waktu dekat. Di sisi lain, ekspektasi pemulihan ekonomi masih digaungkan banyak pihak. Lantas, di tengah kondisi saat ini bagaimana strategi investasi yang tepat?

Sementara itu, pasar obligasi tengah mendapat tekanan seiring terus merangkaknya yield US Treasury dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan, kenaikan yield US Treasury sempat menyentuh level tertingginya di level 1,57 persen pada 5 Maret 2021 atau naik sebesar 70,30 persen secara year to date (ytd).

Naiknya yield US Treasury, dapat berimbas pada yield SBN acuan 10 tahun yang ikut mengalami kenaikan dan sempat menyentuh level tertingginya di sepanjang tahun 2021 di level 6,7 persen pada 23 Februari silam. Hingga 5 Maret, yield-nya punmasih berada di level 6,6 persen atau naik 11,49 persen secara ytd.

Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula mengatakan pada 2021 masih berekspektasi pasar obligasi masih positif di tengah pertumbuhan ekonomi yang masih rendah. Meski begitu, Ezra mengatakan pasar saham akan menjadi leading sektor pada 2021.

"Pasar saham jadi leading sektor. Namun, karena pada 2021 pertumbuhan ekonomi juga masih rendah, jadi kami berekspektasi obligasi juga masih positif," katanya dalam konferensi pers virtual Selasa (9/3/2021).

Untuk itu, katanya, MAMI juga akan selalu mengambil momentum saat pasar bergejolak. Dia tetap menyarakan investor untuk melakukan diversifikasi produk investasi untuk meminimalkan risiko.

Direktur & Chief Business Development and Advisory Officer Heryadi Indrakusuma menambahkan dari jumlah total aset yang dikelola MAMI, kontribusi dari reksa dana pasar uang tumbuh sebesar 118 persen dalam kurun waktu satu tahun. Sementara untuk reksa dana pendapatan tetap meningkat 86 persen.

"Hal ini sejalan kondisi pasar untuk memilih reksa dana yang lebih rendah risikonya," tambahnya.

Dia mengatakan dalam kondisi pandemi tentunya terdapat kondisi ketidakpastian, sehingga pasar cenderung volatil. Hal tersebut mendorong investor untuk memilih instrumen investasi yang risikonya lebih kecil.

"Itu sebabnya minat investor bergeser ke reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap.

Sementara dari sisi komposisi MAMI, mayoritas total dana kelolaan reksa dana terbesar masih pada fix income sebesar 53 persen, saham sebesar 30 persen, pasar uang sekitar 11 persen, dan yang lainnya 6 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini