Mandiri MI Bidik AUM Reksa Dana Rp73 Triliun pada 2021

Bisnis.com,10 Mar 2021, 14:56 WIB
Penulis: Dhiany Nadya Utami
(Kiri ke kanan)Direktur Utama Mandiri Sekuritas Dannif Danusaputro, Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro dalam Mandiri Investment Forum 2021. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) menargetkan dana kelolaan hingga Rp73 triliun pada akhir 2021.

Direktur Utama Mandiri Investasi Alvin Pattisahusiwa menuturkan, sepanjang tahun lalu MMI mencapai Asset Under Management (AUM) khusus untuk produk reksa dana sebesar Rp 49,3 triliun.

Sementara jika digabung denga Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT), Produk Investasi Alternatif, Pengelolaan Dana Nasabah Individu, serta AUM dari Mandiri Investment Management Singapore (MIMS), total dana kelolaan MMI akhir tahun 2020 mencapai Rp67,6 triliun.

Tak hanya dari sisi dana kelolaan, Alvin menyebut laba bersih perseroan juga tumbuh pesat sepanjang tahun lalu, bahkan hingga lebih dari 50 persen secara tahunan, meski dia tidak menyebutkan angkanya.

“Ini berkat strategi kami yang lebih fokus ke produk dengan margin lebih tinggi, dan memang produk-produk ini yang berkontribusi baik ke peningkatan revenue maupun dari sisi laba,” tuturnya dalam sesi konferensi pers daring, Rabu (10/3/2021)

Dalam kesempatan yang sama, Direktur MMI Endang Astaranthi mengatakan bahwa penopang kinerja perseroan pada 2020 lalu salah satunya datang dari produk reksa dana pasar uang.

Dia menuturkan, kondisi pasar yang bergejolak di awal 2020 membuat invetor cenderung risk off dan memilih instrumen investasi yang minim risiko seperti reksa dana pasar uang, sehingga jumlah pembelian produk tersebut meningkat.

“Reksa dana pasar uang tumbuh di atas 50 persen. Jadi sangat tinggi, dibandingkan dengan industri yang sekitar 36 persen,” jelasnya.

Endang menyebut produk reksa dana saham yang berbasis aset ekuitas global (off shore) juga berkontibusi cukup besar. Menurutnya, kondisi pasar global yang mengalami reli di paruh kedua tahun lalu membuat investor mendiversifikasi portofolionya ke aset off shore.

Sementara itu untuk tahun ini, Endang memproyeksi reksa dana pasar uang masih akan mengalami pertumbuhan meski tidak seagresif tahun lalu karena investor mulai beralih ke aset yang lebih berisiko seperti reksa dana berbasis kelas aset obligasi dan saham.

“Terlihat di awal tahun banyak subscription kami di reksa dana saham terutama yang offshore tadi. Fixed income juga kita ada pertumbuhan AUM tapi tidak setinggi saham,” tutur dia.

Alvin menambahkan, pihaknya optimistis dana kelolaan MMI dapat tembus hingga Rp73 triliun di akhir tahun dan MMI dapat tetap menjadi salah satu market leader di pasar reksa dana nasional.

Menurut dia, MMI telah menyediakan beragam produk investasi agar para investor tetap dapat berinvestasi secara optimal di 2021 ini.

“Mandiri Investasi telah menyiapkan berbagai ekosistem dalam menyambut bangkitnya investor retail di tengah pandemi Covid-19 ini,” kata Alvin.

Dia mencontohkan, MMI memiliki produk reksa dana yang memiliki fitur pencairan di hari yang sama (same-day settlement atau ‘T+0’) yang dikenal dengan nama Reksa Dana Mandiri Investa Pasar Uang 2 (MIPU2).

Dia menyebut reksa dana MIPU 2 sesuai dengan karakter investor retail yang ingin memulai investasi dengan produk yang paling konservatif atau risiko sangat rendah, likuid dan dengan nominal hanya Rp 10.000,-.

“Kami juga memiliki produk Reksa Dana yang yang telah di-revamp dengan tema global disruption yaitu Reksa Dana Mandiri Global Sharia Equity Dollar (MGSED) yang berinvestasi pada portofolio Efek Syariah Luar Negeri termasuk berinvestasi pada saham-saham teknologi di level global” ujar Alvin.

Tak hanya itu, MMI juga memiliki produk yang mendukung Sovereign Wealth Fund yaitu produk-produk Investasi Alternatif seperti KIK EBA, KIK DINFRA, dan Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT).

“Di tahun ini, Mandiri Investasi juga berencana menerbitkan produk inovatif Investasi Alternatif lainnya yaitu DINFRA lanjutan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini