Industri Pembiayaan Mulai Kecipratan Berkah Subsidi PPnBM

Bisnis.com,14 Mar 2021, 16:54 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Pada kendaraan Toyota, proses uji emisi merupakan bagian dari prosedur standar servis berkala di bengkel Auto2000. /Auto2000

Bisnis.com, JAKARTA - Industri pembiayaan atau multifinance mulai merasakan dampak positif atas kebijakan subsidi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) di beberapa jenis mobil baru.

Seperti diketahui, pemerintah memberikan subsidi PPnBM untuk mobil baru jenis sedan dan 4x2, dengan mesin di bawah 1.500 cc, serta memiliki lokal konten 70 persen.

Kebijakan ini telah berlaku per 1 Maret 2021 dan direncanakan memiliki tiga tahapan insentif per tiga bulanan. Awalnya 100 persen ditanggung pemerintah, kemudian berkurang hingga 50 persen, dan tahap terakhir tinggal 25 persen saja.

Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim mengungkap periode Maret 2021 menjadi angin segar dari sisi mulai naiknya permintaan pembiayaan.

"Pertengahan Maret ini sudah ada kenaikan sekitar 20 persen lebih tinggi dari bulan lalu. New booking kami di Februari Rp1,35 triliun, turun dari Januari di Rp1,64 triliun," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (14/3/2020).

Menurut Roni, momentum subsidi mobil baru ini bisa jadi pintu masuk untuk menggairahkan lagi penyaluran pembiayaan baru BCAF di sektor ini yang mencapai 70 persen dari portofolio, sisanya mobil bekas.

Namun, perusahaan pembiayaan anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. masih mematok target penyaluran tahunan perusahaan di bawah capaian sebelum pandemi, yakni Rp30 triliun di sepanjang 2021.

"Saya kira masih perlu waktu untuk bisa kembali ke angka [penyaluran bulanan] sebelum pandemi, tapi arahnya sudah ke sana dalam waktu dekat," tambahnya.

BCAF sebelumnya menutup periode 2019 dengan capaian penyaluran pembiayaan baru Rp33,2 triliun atau berada di kisaran Rp2 triliun per bulannya.

Pandemi Covid-19 sempat memukul kinerja BCAF mencapai titik penyaluran bulanan terendah di Rp433 miliar pada Juli 2020, sehingga total penyaluran pembiayaan sepanjang 2020 anjlok, hanya di Rp15,78 triliun.

Hal senada diungkap Direktur Sales dan Distribusi PT Mandiri Tunas Finance (MTF) Harjanto Tjitohardjojo yang menyebut optimisme kebangkitan penyaluran memang ada, tapi masih jauh dibandingkan periode 'normal'.

"Pipeline MTF di tanggal yang sama di Februari 2021 sebesar Rp1,1 triliun, sementara Maret 2021 ini Rp1,27 triliun. Masih jauh dari masa sebelum pandemi. 

Perbandingan masa normal MTF sebelum pandemi itu per bulan Rp2,4 triliun, di Februari kemarin Rp1,4 triliun. Jadi kita lihat sampai akhir Maret ini," jelasnya.

Sekadar informasi, anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (51 persen) bersama emiten perdagangan otomotif PT Tunas Ridean Tbk. (49 persen) ini mengincar pembiayaan baru di semua lini usahanya mencapai sekitar Rp20 triliun pada 2021, atau naik sekitar 20 persen dari realisasi 2020 di angka Rp16,7 triliun.

Dengan komposisi penyaluran utama masih ditopang seluruh segmen kendaraan roda empat baru (80 persen), sisanya pembiayaan multiguna atau dana tunai (10 persen), dan pembiayaan alat-alat berat untuk badan usaha (10 persen).

Namun demikian, Harjanto berharap optimisme yang timbul akibat subsidi ini mampu mendongkrak kinerja melebihi target awal, bahkan mendekati realisasi pembiayaan MTF sepanjang 2019 atau sebelum pandemi, senilai Rp28,8 triliun. 

"Aplikasi permintaan pembiayaan kendaraan baru meningkat 15 persen dari bulan lalu dan prediksi saya akan terus meningkat walaupun realisasi masih belum terlihat. Tapi kita optimis karena dapat update dari rekan-rekan dealer, surat pesanan kendaraan [SPK] meningkat 150 sampai 170 persen dari bulan lalu," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini