Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. memutuskan untuk tidak membagikan dividen untuk para pemegang sahamnya atas kinerja perusahaan sepanjang tahun 2020.
Berdasarkan pengumuman ringkasan risalah rapat umum pemegang saham tahunan 2021 yang dipublikasikan hari ini (15/3/2021), RUPS menyetujui dan menetapkan penggunaan laba bersih perseroan tahun buku 2020 sebesar Rp1,6 triliun seluruhnya ditetapkan sebagai cadangan.
Jumlah suara yang setuju sebanyak 8,15 miliar saham atau 99,99%, sedangkan 1.500 saham tidak setuju dan 17.787 saham abstain.
Sebagai informasi, pada tahun buku 2020, emiten berkode saham BBTN ini mencetak kinerja laba yang cukup signifikan. Di tengah masa pandemi, perolehan laba bersih perseroan meroket 665,71% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp1,6 triliun dari posisi Rp209 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun, Bank BTN dikenal sebagai salah satu bank nasional yang rutin membagikan dividen setidaknya dalam lima tahun terakhir. Pada 2020, perseroan menetapkan penggunaan laba bersih tahun buku 2019 senilai Rp20,93 miliar atau 10% dari total laba ditetapkan sebagai dividen tunai. Adapun pada tahun sebelumnya, perseroan menetapkan sebesar 20% dari laba bersih tahun buku 2018 sebagai dividen tunai.
Dalam konferensi pers usai RUPS pada 10 Maret kemarin, Wakil Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu menyampaikan perseroan terus melakukan perbaikan bisnis tahun ini khususnya pada penyaluran KPR. Upaya untuk menurunkan beban dana sekaligus mitigasi risiko akan tetap dijalankan guna membuat laba bersih kembali ke level optimal.
"Semua pengembangan dan perbaikan akan kami lakukan pada tahun ini. Kami juga optimistis mampu meraih posisi sebagai The Best Mortgage Bank in Southeast Asia in 2025, dan mencetak laba Rp2,5 hingga Rp2,8 triliun tahun ini. Ini pun untuk penguatan modal kami," katanya.
Dia menyampaikan target kinerja keuangan yang juga ditetapkan di tahun ini yakni kredit dan pembiayaan dibidik naik sebesar 7%-9%. Untuk meraih target maksimal, Nixon menyatakan perseroan terus memangkas suku bunga untuk menstimulasi permintaan kredit di pemulihan ekonomi tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel