Data Ekonomi Buruk, IHSG Berbalik Loyo

Bisnis.com,16 Mar 2021, 15:18 WIB
Penulis: Dhiany Nadya Utami
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) tak mampu mempertahankan pergerakannya di zona hijau dan berakhir melemah pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (16/3/2021)

Pada akhir perdagangan, indeks komposit harus rela parkir di level 6.309,7 setelah ditutup 0,23 persen atau 14,56 poin. Padahal, di awal perdagangan IHSG sempat menguat hingga menyentuh level 6.355,11.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak dalam kisaran 6.296,9-6.355,41. Sebanyak 191 saham menghijau, 293 memerah, dan 154 lainnya stagnan alias tak beranjak dari posisinya semula.

Kapitalisasi pasar hari ini mencapai Rp7422,78 triliun. Total volume transaksi hari ini mencapai 18,77 miliar saham dengan nilai mencapai Rp11,1 triliun.

Investor asing hari ini berbondong melepas kepemilikan saham dengan mencatatkan jual bersih atau net sell senilai Rp247,15 di pasar reguler.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi yang paling banyak dilepas asing dengan net foreign sell mencapai Rp215,8 miliar. Diikuti saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dan PT Astra International Indonesia Tbk. (ASII) masing-masing Rp85,2 miliar dan Rp73,0 miliar.

Analis Binaartha Sekurias Nafan Aji mengatakan hasil neraca perdagangan Indonesia per Februari yang lebih rendah dari ekspektasi, yakni US$2,01 miliar di bawah perkiraan US$2,21 miliar menyebabkan pergerakan IHSG masih berada di zona merah.

Tak hanya itu, data ekonomi dari luar negeri juga turut jadi penekan. Nafan menyebut adanya pengumuman US retail sales maupun US core retail sales yang diprediksikan melemah merupakan sentimen negatif tambahan bagi indeks.

“Di sisi lain, minimnya data makroekonomi domestik yang memberikan high positive impact turut mempengaruhi pelemahan IHSG,” katanya kepada Bisnis, Selasa (16/3/2021)

Tak hanya itu, tambahnya, kekhawatiran terkait dengan perkembangan mutasi virus corona juga ikut menjadi sentimen kurang baik. Di saat yang sama, market menanti hasil keputusan penetapan tingkat suku bunga acuan, baik dari The Fed maupun dari Bank Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini