Jelajah Komoditas Sumatra: Petani Karet Semringah Harga Sentuh Rp13.000 Per Kg

Bisnis.com,20 Mar 2021, 07:55 WIB
Penulis: Dinda Wulandari
Sri Kurniati, petani karet di Desa Cipta Praja, Kecamatan Keluang, Kabupaten Musi Banyuasin sedang menyadap karet di kebun seluas 0,5 hektare. JIBI/ Bisnis-Tim Jelajah.

Bisnis.com, MUSI BANYUASIN – Petani karet di Sumatra Selatan sedang menikmati harga tinggi. Kini, di sejumlah sentra komoditas itu, harga satu kilogram (kg) karet sudah sejajar dengan harga satu kilogram beras.

Harga di tingkat petani Desa Cipta Praja, Kecamatan Keluang, Kabupaten Musi Banyuasin, misalnya. Harga bahan olah karet (bokar) sudah menyentuh Rp13.000 per kg.

Ketua Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) Cipta Praja, Suprih Giyono, mengatakan kelompoknya telah menjual sebanyak 60 ton bokar pada minggu ini.

“Kami menjual karet secara lelang setiap minggu. Jadwalnya, hari Rabu pengumpulan [bokar], Kamis pagi nimbang, Kamis malam lelang harga. Alhamdulilah kami mendapat harga Rp13.000 per kg,” katanya kepada Tim Jelajah Komoditas Sumatra Bisnis Indonesia mengunjungi langsung Desa Cipta Praja, pada Jumat (19/3/2021).

Menurut Suprih, harga tersebut sudah sesuai keinginan petani. Apalagi, harga tersebut lebih tinggi jika dibandingkan petani menjual langsung ke pengepul. 

Dia menyebut, salah satu tujuan petani karet berkelompok dan membentuk UPPB agar mendapat harga yang lebih tinggi. Tentu saja, kata dia, harus dibarengi dengan penyeragaman mutu karet.

“Mutu petani karet di UPPB biasanya lebih baik dan seragam, kadar keringnya juga lebih tinggi dan volume terjaga. Makanya kami bisa dapat harga di atas pasar,” katanya.

Sementara, Sri Kurniati, petani karet lainnya, mengaku sangat lega dengan harga karet saat ini.

“Saya pernah merasakan harga Rp6.500 dan itu sangat menganggu perekonomian. Biasanya saya belanja ikan, kalau harga segitu ya sudah makan sayur saja,” katanya.

Menurut Sri, diaa bisa mendapatkan uang sebanyak Rp6 juta dari menjual bokar sebanyak 5 pikul. Harga itu setara Rp19.841 per kilogram. Bokar tersebut merupakan hasil sadapan dari kebun seluas 0,5 hektare di perkarangan rumah Sri.

“Saya jualnya bulanan, sekali banyak. Biasanya 5 pikul dapat uang Rp4 juta, sekarang naik jadi Rp6 juta. Lumayan bisa buat belanja ke pasar,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini