Setelah Gandeng 12 Fintech P2P, Askrindo Genjot Kinerja Asuransi Digital Ritel

Bisnis.com,23 Mar 2021, 20:44 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Karyawan memberikan penjelasan kepada pengunjung tentang produk asuransi kecelakaan diri atau personal accident insurance di booth Askrindo pada Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) 2018 di Jakarta, Jumat (5/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah merambah peluang lewat kerja sama dengan platform teknologi finansial, PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) juga memfokuskan digitalisasi produknya demi menggenjot jumlah nasabah ritel. 

Kepala Divsi Pemasaran Digital Askrindo Ardian Brahmana mengungkap bahwa pihaknya berupaya mengembangkan produk bisnis sesuai dengan perkembangan industri dan kebutuhan masyarakat. 

Sebagai bukti, anggota holding BUMN asuransi-penjaminan ini tetap bisa membukukan kinerja positif ditengah pandemi Covid-19, diiringi dengan peningkatan tata kelola perusahaan yang semakin baik. 

"Kami terus berupaya melakukan diversifikasi produk, sesuai dengan perkembangan digital yang semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir ini," ungkap Adrian dalam keterangannya, Selasa (23/3/2021). 

Askrindo kini tengah mengembangkan produk-produk retail melalui asuransi umum, terus merambah asuransi bisnis untuk para fintech, sembari terus menggenjot fokus utamanya di bisnis komersial dan korporasi, demi melengkapi keberagaman produk dan layanan yang diberikan. 

"Produk yang kami tawarkan sudah berbasis digital sehingga kami tidak perlu lagi secara langsung harus bertemu dengan mitra bisnis atau perorangan, proses underwriting hingga pengajuan klaim juga semakin mudah, tanpa mengesampingkan prinsip kehati-hatian," tambah Ardian.

Sejak kuartal III/2020, Askrindo semakin aktif menggenjot jumlah nasabah bisnis retail lewat produk asuransi kebakaran, kecelakaan, hingga perjalanan. Total pemegang polis hingga awal Maret 2021 mencapai sekitar 21.000 polis dan nilai pertanggungan sekitar Rp24 miliar.

"Layanan produk retail ini bisa langsung dibeli secara online di website Askrindo dengan proses yang mudah serta proses klaim yang tidak berbelit-belit karena telah ditopang oleh sistem teknologi yang lebih canggih," ungkapnya. 

Adapun, anak usaha Indonesia Financial Group ini sebelumnya merambah asuransi kredit bisnis fintech yang semakin menjamur di Indonesia, baik melalui produk konvensional maupun produk produktif dan konsumtif.

Fintech penyalur pinjaman yang diincar oleh Askrindo harus memiliki track record baik dengan tingkat kolektibilitas tinggi, telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan merupakan anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI). 

Hingga saat ini, Askrindo telah bekerja sama dengan 12 fintech P2P besar di Indonesia dengan potensi nilai ekspansi setiap bulannya sekitar Rp10 triliun sebelum masa pandemi dan saat ini nilai ekspansinya perlahan pulih kembali ke kisaran Rp7 triliun per bulannya. 

"Perseroan menargetkan perolehan premi untuk bisnis retail dan fintech bisa mencapai sekitar Rp20 miliar pada akhir 2021," ungkapnya. 

Askrindo mengakui selama masa pandemi memang terjadi peningkatan rasio kredit bermasalah. Namun, Askrindo telah melakukan mitigasi risiko bersama mitra untuk bisa segera menurunkan kredit yang bermasalah sehingga kami bisa tetap menopang permodalan dan usaha mereka. 

Terakhir, Kepala Divisi Pengembangan IT Askrindo Rachmad Hidayat menjelaskan untuk menopang dan menggenjot seluruh lini bisnisnya, Askrindo dalam 3 tahun terakhir telah melakukan pengembangan teknologi informasi (IT) sehingga mampu bersaing dalam industri 4.0 saat ini.

Mulai dari peningkatan teknologi itu sendiri, sumber daya manusia, bisnis proses hingga tata kelolanya. Diharapkan pada tahun ini, seluruh road map yang telah disusun sejak 2018, sepenuhnya mampu diimplementasikan mulai dari pusat, cabang hingga kepada mitra bisnis. 

Secara keseluruhan untuk pengembangan teknologi, perusahaan menganggarkan belanja modal mencapai sekitar Rp250 miliar. 

"Pengembangan teknologi ini sangat diperlukan untuk pencatatan produksi yang tepat serta mempercepat analisa underwriting dengan meminimalisasi kerugian karena potensi klaim yang lebih besar di masa mendatang bisa dimitigasi, atau dengan kata lain tingkat akurasi analisa semakin tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan," papar Rachmad. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini