Ketika UMKM Agrikultur Mulai Adaptasi Digital

Bisnis.com,23 Mar 2021, 16:43 WIB
Penulis: Dewi Andriani
Daun Kelor. Dengan e-commerce, para petani yang mulanya kesulitan memasarkan produknya karena rantai pasok yang begitu panjang kini lebih dimudahkan sehingga dapat memotong biaya pemasaran produk para petani. /Tanihub

Bisnis.com, JAKARTA -- Para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di bidang agrikultur termasuk kelompok yang selama ini jarang tersentuh dengan teknologi dan sempat mengalami kesulitan menghadapi disrupsi digital.

Namun, beberapa waktu terakhir, tak sedikit petani yang mulai beradaptasi dengan perubahan dan menguasai teknologi. Apalagi mulai bermunculan sejumlah startup yang berfokus pada bidang pertanian dan agrikultur dengan menyediakan platform digital untuk membantu proses digitalisasi rantai pasok pangan dari para petani, salah satunya TaniHub.

Pamitra Wineka, Presiden & Co-Founder TaniHub, mengatakan industri yang sebelumnya dianggap kesulitan menghadapi disrupsi teknologi seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan kini telah beradaptasi dengan perubahan. Demi tetap mendapatkan keuntungan, banyak petani mulai menguasai teknologi.

“Dulu kan kalau oversupply mereka bagikan ke mana-mana, karena merasa enggak ketemu market-nya. Apalagi pandemi mereka sudah ketakutan, kami buat mereka secure dengan bantuan e-commerce,” jelas Eka.

Mulanya TaniHub bergerak dengan model bisnis marketplace untuk hasil tani tetapi belakangan startup pertanian yang berdiri sejak 2015 ini mulai mengubah konsep bisnis dari maketplace menjadi e-commece.

Dengan e-commerce, para petani yang mulanya kesulitan dalam memasarkan produknya karena rantai pasok yang begitu panjang kini lebih dimudahkan sehingga dapat memotong biaya pemasaran produk para petani.

Selain itu, produk pertanian yang dipasarkan melalui TaniHub tersebut juga dikemas secara baik sehingga lebih menarik bagi para konsumen.

“Dalam industri pertanian, platform e-commerce TaniHub bertindak sebagai aggregator untuk petani dan off taker yang terhubung dengan ribuan user. Maka petani tidak lagi perlu komplain karena hanya mengandalkan satu distributor,” tuturnya.

Saat ini, TaniHub sudah menggandeng sekitar 20.000 petani yang tergabung dalam 1.200 kelompok tani yang ada di Indonesia. Sebagian besar berasal dari Jawa dan Lampung yang juga merupakan sentral dari produk pertanian.

Selain e-commerce, TaniHub juga mengembangkan anak usaha di bidang tekfin atau platform peer to peer landing yang berfokus pada industri agrikultur, yakni TaniFund. Tujuan dari TaniFund ini ialah memberikan pembiayaan bagi para petani yang selama ini mengalami masalah pembiayaan.

Dengan bantuan pembiayaan dari para funder, petani di Indonesia dapat mengembangkan petaniannya. Selain itu, masyarakat Indonesia juga dapat ikut serta membantu meningkatkan perekonomian para petani di pedesaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini