Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan pertumbuhan kredit masih rendah pada awal tahun ini.
Bahkan, kredit di Februari 2021 masih minus 2,15% secara year on year (yoy). Kredit pada bulan tersebut terkontraksi lebih dalam dibandingkan dengan Januari yang minus 1,92% yoy. Wimboh mengatakan pertumbuhan kredit yang masih rendah karena penurunan baki debet dari sejumlah debitur besar.
Berdasarkan kelompok 200 debitur terbesar sejak Maret 2020 hingga Februari 2021, terdapat 116 debitur yang mengalami penurunan baki debet dengan rata-rata penurunan -17,5%. Sedangkan berdasarkan kelompok 10 debitur dengan penurunan terbesar, total penurunan baki debet sebesar Rp107,2 triliun atau menurun 39%.
"Ini kenapa turun? Kami track ada 200 debitur besar balance kreditnya turun karena memang modal kerjanya tidak memerlukan sebesar sebelum Covid-19. Tapi ini tidak masalah, nanti kalau demand naik akan butuh modal kerja lebih banyak," katanya dalam webinar Temu Stakeholder Untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (25/3/2021).
Lebih lanjut, Wimboh memberikan catatan bahwa pertumbuhan kredit mulai terlihat positif pada kelompok BUMN dan BPD masing-masing 1,45% yoy dan 5,68% di Januari 2021. Tren pertumbuhan berlanjut di bulan berikutnya masing-masing 1,5% yoy dan 5,75% yoy.
Namun demikian, kredit di Bank Umum Swasta Nasional terus terkontraksi yakni minus 5% yoy, dari posisi Januari 2021 minus 4,5%. Demikian pula, Bank Asing yang minus 25% yoy.
Untuk itu, OJK memberikan perhatian terhadap kedua kelompok bank tersebut. "Kami menaruh perhatian betul untuk yang swasta ini kenapa demikian? Akan kami lihat secara detail, bahkan debitur per debitur tentunya," imbuhnya
Adapun berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit secara tahunan masih terkontraksi. Namun secara bulanan, seluruh jenis penggunaan telah mengalami pertumbuhan dengan kenaikan terbesar pada kredit modal kerja sebesar 0,73% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel