Minus 2,15 Persen, BI Ungkap Penyebab Permintaan Kredit Rendah

Bisnis.com,26 Mar 2021, 14:20 WIB
Penulis: Dany Saputra
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memaparkan sejumlah faktor di balik masih rendah dan terbatasnya permintaan terhadap kredit.

Asisten Gubernur BI dan Kepala Departemen Kebijakan Makroprudential Juda Agung mengatakan kredit masih mengalami kontraksi yang dalam mencapai -2,15 persen per februari 2021. Salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya permintaan terhadap kredit.

Juda mengatakan setidaknya ada dua faktor penyebab pertumbuhan kredit yang minus saat ini, yaitu rendahnya demand di sektor korporasi dan rumah tangga.

Menurutnya, sektor korporasi sudah mulai menunjukkan pemulihan meskipun belum sampai di level sebelum pandemi Covid-19. Hal itu berdampak pada kebutuhan investasi dan permintaan terhadap kredit relatif terbatas.

“Likuiditas korporasi juga masih tinggi terutama korporasi-korporasi yang besar, karena mereka tahun lalu belum melakukan investasi bahkan rencana-rencana investasinya ditunda. Maka [itu] likuiditas korporasi masih sangat tinggi,” jelas Juda dalam webinar ‘Kafegama Series 1: Daya Dorong Relaksasi Pajak Dan Kredit Kendaraan Serta Properti Terhadap Pertumbuhan Asuransi’, Jum’at (26/3/2021).

Sementara itu, sektor rumah tangga cenderung untuk berhati-hati dalam spending karena masih berlakunya pembatasan sosial. Contohnya, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang masih bergulir sampai 5 April 2021.

Akibatnya, pembatasan kegiatan masyarakat yang memengaruhi kegiatan pembelian berdampak juga pada rendahnya permintaan kredit oleh masyarakat.

“Oleh sebab itu, yang disampaikan oleh Pak Gubernur [BI], pemerintah dalam hal ini KSSK secara bersama-sama address masalah demand ini agar ditumbuhkan dan didorong, [supaya] supply tumbuh di sisi perbankannya,” jelas Juda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini