Terusan Suez Macet, Ini Dampaknya bagi Indonesia

Bisnis.com,27 Mar 2021, 15:48 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Sebuah kapal kontainer yang terkena angin kencang dan kandas tampak di Terusan Suez, Mesir 24 Maret 2021./Antara/SUEZ CANAL AUTHORITY/Handout via Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Penutupan Terusan Suez akibat terhimpitnya kapal Ever Given atau Evergreen hingga jangka waktu yang belum ditentukan bisa berimplikasi kepada penundaan pengiriman hingga penaikan biaya angkutan laut bagi pelaku usaha di Indonesia.

Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Saut Gurning mengharapkan usaha untuk melakukan pemindahan atau pengangkatan bagian kapal kontainer berbendera Taiwan Evergreen itu dapat diselesaikan dalam waktu cepat.

Hal tersebut berpengaruh terhadap keterlambatan atau delay dan naiknya biaya angkutan laut yang ditanggung pelaku usaha Indonesia ke pasar internasional. Utamanya ke Eropa, Afrika dan juga ke Amerika Serikat (AS) yang selama ini menuju ke pantai Timur Amerika.

“Namun jika berlangsung misalnya seminggu, diperkirakan akan memicu kenaikan harga angkutan ke area ini yang sebenarnya sudah terus menaik harganya sejak dua minggu lalu khususnya rute jarak jauh [long-haul]. Termasuk ke berbagai wilayah pasar di Eropa, sebagian negara di Afrika dan Timur Tengah serta pasar pantai Timur AS,” ujarnya, Sabtu (27/3/2021).

Kondisi tersebut, katanya, karena praktis antrean di wilayah itu menambah waktu pelayaran dan komponen biaya tambahan (surcharges) yang mungkin dibebankan sebagian kepada pemilik barang. Saut memaparkan penaikan freight internasional dari Indonesia ke wilayah Eropa, Timur Tengah dan AS sudah mencapai 400-500 persen hingga pekan kedelapan tahun ini.

“Sepertinya potensi kenaikan akan terjadi, walau mungkin mudah-mudahan sementara saja. Karena menstimulasi kenaikan freight akibat delay waktu operasi pelayaran baik orientasi ekspor maupun impor Indonesia,” imbuhnya.

Dalam kondisi saat ini, kata dia, memang masih banyak pelaku yang bersikap melihat dan menunggu. Mitigasi sementara yang mungkin masih dalam rencana bagi operator pelayaran global sepertinya mengambil re-route baru lewat jalur Cape Good of Hope yang jelas akan lebih memakan waktu lama menuju Eropa.

Sementara, lanjutnya, untuk pasar AS dari Asia kemungkinan besar akan melalui Pantai Barat USA yang juga sudah logis membutuhkan waktu angkutan yang bertambah khusus ke berbagai wilayah dekat dengan Pantai Timur Amerika. Namun, ada juga mitigasi lain khususnya barang bernilai tinggi lewat angkutan udara atau angkutan kereta api yang mungkin juga sedang dieksplorasi.

“Bagi pemilik barang, kondisi blokade ini jika berkepanjangan mungkin adalah baik mencari solusi alternatif rute pengapalan baru atau moda pengangkutan baru. Atau jikapun terdampak, negosiasi dengan partner bisnis perlu dicarikan bersama untuk adaptasi dan intervensi bersama,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan bahwa misi penyelamatan kapal Ever Given yang terjepit di Terusan Suez akan memakan waktu berminggu-minggu. Tentu ini menimbulkan banyak kerugian.

Data terbaru perusahaan berita Lloyd's List memaparkan insiden kapal bisa menahan sekitar US$400 juta atau sekitar Rp5,7 triliun (asumsi Rp14.000/US$) per jam dalam perdagangan. Angka ini berdasarkan perkiraan nilai barang yang dipindahkan melalui Suez setiap hari.

Lloyd menilai lalu lintas ke arah barat di kanal itu kira-kira US$5,1 miliar (Rp73,7 triliun) per hari. Lalu lintas ke arah timur sekitar US$4,5 miliar (Rp65 triliun) per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini